PLN Wujudkan Green Port dengan Elektrifikasi Gerbang Indonesia Timur yang Efisien & Ramah Lingkungan
PLN berkomitmen untuk mendukung program green port yang telah dicanangkan pemerintah dengan melakukan elektrifikasi pada terminal peti kemas.
TRIBUN-TIMUR.COM - Lampu cahaya sorot menyinari Terminal Petikemas New Makassar pada malam hari, menandakan hiruk pikuk roda ekonomi yang terus berputar.
Diiringi oleh suara senyap dan tanpa asap, nampak mesin crane peti kemas yang nonstop beroperasi di tengah kesibukan aktivitas bongkar muat barang terminal petikemas.
Operasional tanpa henti di pelabuhan peti kemas kini tampak lebih modern dan ramah lingkungan.
Pengoperasian mesin yang dulunya menggunakan mesin diesel, kini pengoperasian crane peti kemas jauh lebih hemat dan ramah lingkungan dengan menggunakan listrik PLN yang andal.
Pegawai Pelindo Terminal Petikemas New Makassar, Jimmy benar-benar mensyukuri keberadaan listrik mampu menjadi solusi bagi operasional aktivitas bongkar muat yang memobilisasi rata-rata 107 ribu peti kemas per bulan.
Dirinya menuturkan di tahun 2018 muncul analisa kenaikan biaya operasional yang tinggi akibat pengoperasian mesin masih menggunakan diesel.
"Awalnya kami berpikir bagaimana turut mendukung program greenport yang ramah lingkungan dan memangkas biaya operasional, setelah berdiskusi dengan PLN kami bersinergi untuk menginisiasi program elektrifikasi," ungkap Jimmy.
Pria yang bertanggung jawab dalam hal instalasi bidang listrik, pemeliharaan dan perawatan peralatan tersebut mengaku bersyukur, berkat elektrifikasi pihaknya telah melaksanakan program greenport dimana program tersebut merupakan inisiasi pemerintah untuk mengurangi emisi gas buang di pelabuhan.
Ia mengaku seluruh peralatan di terminal termasuk bongkar muat kapal telah menggunakan listrik sehingga emisi gas buang yang ada disini dan biaya operasional menurun drastis.
Jimmy memaparkan, berdasarkan laporan pengujian data dari Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, Balai Besar Kota Makassar tadinya emisi karbon monoksida 533 mg/m⊃3;, kini nyaris tidak ada.
Di sisi lain sebagai contoh, ucap Jimmy saat menggunakan mesin diesel pihaknya menghabiskan biaya operasional Rp 23,4 Milyar per tahun.
Setelah menggunakan listrik biaya operasional yang dikeluarkan menurun drastis, apabila dihitung biaya yang dikeluarkan untuk membayar listrik Rp 8,9 Milyar per tahun. Dirinya memaparkan data penghematan biaya operasional sampai dengan 61,97 persen per tahunnya.
"Dibandingkan saat dulu menggunakan diesel apabila terjadi gangguan pada mesin, kami terpaksa menghentikan operasional sambil menunggu mesin selesai diperbaiki dengan waktu yang tidak sebentar. Apalagi mesin diesel dulu terletak di atas crane yang tinggi jadi kami harus naik ke atas dulu," ujar Jimmy.
Jimmy mengatakan, pengoperasian crane peti kemas mengharuskan pasokan listrik yang andal dan terbukti PLN mampu memenuhi itu dengan pelayanan PLN sangat memuaskan dan respon petugas yang cepat.
General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat (UID Sulselrabar), Moch. Andy Adchaminoerdin menjelaskan PLN menyadari aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan membutuhkan pasokan listrik yang andal dan tanpa kedip demi menunjang roda ekonomi.
Program TJSL PLN Dorong Petani Desa Lampoko Tingkatkan Hasil Panen Bawang |
![]() |
---|
Bupati Sidrap dan PLN Sulselrabar Bahas Program Listrik Masuk Sawah dan Optimalisasi Pajak Listrik |
![]() |
---|
Bupati Touna Dukung Penuh Proyek SUTT 150 kV Toili-Ampana, Dorong Pertumbuhan Daerah |
![]() |
---|
YBM PLN UIP Sulawesi Salurkan Bantuan untuk 63 Warga Korban Kebakaran di Rappokalling |
![]() |
---|
Diskon Tambah Daya Listrik PLN Berakhir 2 Hari Lagi, 450 VA ke 1.300 VA Bayar Rp398 Ribu |
![]() |
---|