Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Demam Babi Afrika

Apa itu Demam Babi Afrika atau Virus ASF Apakah Bahaya Bagi Manusia? 48 Ribu Ekor Terpapar di Sulsel

Berdasarkan hasil penelitian terbaru kematian ribuan babi di Gowa disebabkan virus ASF atau African Swine Faver yang juga disebut demam babi afrika.

Editor: Alfian
DOK PRIBADI
Suasana peternakan babi di Desa Balang papa' Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulsel, Rabu (17/5/2023). Ribuan babi mati akibat terjangkit demam babi afrika atau virus ASF. 

Wahyudi memilih mengosongkan kandangnya sembari menunggu penyampaian dari Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Gowa, terkait kapan berakhirnya wabah virus flu babi Afrika tersebut.

"Sementara waktu, saya tidak akan mengisi kandang. biarkan dulu kosong sampai keluar pernyataan jika virus ASF tersebut sudah berakhir," ucapnya.

Asal Usul Demam Babi Afrika

Dilansir dari laman resmi Provinsi Jawa Tengah, African Swine Fever (ASF) adalah penyakit viral pada babi yang sangat menular, menimbulkan berbagai perdarahan pada organ internal dan disertai angka kematian yang sangat tinggi.

Virus ASF disebabkan oleh virus DNA dengan untai ganda dari genus Asfivirus dan famili Asfarviridae.

Virus ASF virus sangat tahan terhadap pengaruh lingkungan, dan stabil pada pH 4-13.

Serta dapat tahan hidup dalam darah (4 oC) selama 18 bulan, dalam daging dingin selama 15 minggu, dalam daging beku selama beberapa tahun.

Dalam ham selama 6 bulan dan di dalam kandang babi selama 1 bulan.

Babi peliharaan (domestik) adalah hewan yang paling peka terhadap penyakit ASF.

Manifestasi penyakit secara klinis hanya terlihat pada babi domestik, sedangkan pada babi hutan - babi warthogs (Phacochoerus africanus dan P. aethiopicus), babi semak (Potamochoerus porcus dan P. larvatus), dan babi hutan raksasa (Hylochoerus meinertzhageni tidak menunjukkan tanda klinis saat terinfeksi namun berperan sebagai reservoir virus.

Penyebaran Penyakit Demam Babi Afrika

ASF pertama kali diidentifikasi pada tahun 1921 di Kenya, Afrika Timur. Pada tahun 1957 menyebar ke Portugal dan berbagai negara di Eropa.

Di Asia, virus ASF ditemukan pada babi liar di Iran pada tahun 2010, kemudian di tahun 2018  Tiongkok melaporkan wabah demam babi afrika di provinsi Liaoning. 

Pada bulan Februari 2019, Vietnam mengonfirmasi kasus demam babi afrika. Hal ini menjadikannya negara Asia Tenggara pertama yang terinfeksi penyakit ini.

Secara berturut-turut ASF juga ditemukan di Kamboja, Laos, Filipina,  Myanmar dan Timor Leste.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved