Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Lebaran 1444 H

Besok Sejumlah Warga Makassar Sudah Lebaran, Irman 'None' YL Jadwalkan Salat Id di Unismuh

Bertindak sebagai khatib di Unismuh Makassar yakni Prof Dr H Mussafir Pababbari M.Si. 

|
Penulis: Wahyudin Tamrin | Editor: Saldy Irawan
DOK PRIBADI
Irman Yasin Limpo 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -  Besok sejumlah jamaah di Kota Makassar bakal melaksanaan salad id 1444 H.

Satu di antara lokasi yang menyelenggaran salat id yakni Kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Jl Sultan Alauddin, Kota Makassar

Bertindak sebagai khatib di Unismuh Makassar yakni Prof Dr H Mussafir Pababbari M.Si. 

Informasi yang dihimpun tribun-timur, sejumlah tokoh dan politisi bakal menunaikan salat id di kampus yang berlokasi tak jauh dari perbatasan Makassar-Gowa tersebut. 

Kampus Unismuh - Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh Makassar)
Kampus Unismuh - Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh Makassar) (TRIBUN-TIMUR.COM/SANOVRA JR)

Direktur PT Berdikari United Livestock (BULS) Irman Yasin Limpo menyebutkan ia dan keluarga bakal ikut menunaikan salat id di Unismuh

"Insya Allah besok salat id di Unismuh," ujar Irman, Kamis (20/4/2022)

Kemenag Sulsel

Terkait dengan pelaksanaan salat id, Kabid Urais Kemenag Sulsel M Tonang Cawidu memberikan penjelasan terkait perbedaan Hari Raya Idulfitri 1444 H oleh Muhammadiyah dan Pemerintah.

M Tonang mengatakan tugas Kementerian Agama memberikan pelayanan keagamaan di masyarakat. 

"Adapun soal paham dan praktek keagamaan itu, kami pemerintah harus memfasilitasi semua. Karena penentuan awal Ramadan dan awal Syawal itu setiap tahun itu di agama islam, ada dua metode yang digunakan. Yakni metode hisab dan metode rukyat," katanya. 

Dia menuturkan, kedua metode ini dimungkinkan dan diakui para ulama dan cendekia. Tentu dari kedua metode ini yang diakui ada efeknya. 

"Pihak kami di Kementerian Agama tentu memfasilitasi dua metode ini. Kemudian metode pengamatan langsung itu juga diakui oleh para ulama. Dan ini juga menjadi praktek pada masa nabi," tuturnya. 

M Tonang menceritakan, kalau dulu di zaman nabi, ada seorang sahabat yang meminta petunjuk ke nabi. Bahwa dia belum melihat hilal. 

Kemudian nabi bertanya apakah di daerah tertentu sudah ada hilal. Kalau sudah ada, silahkan diikuti. 

"Artinya, memang melihat pengamatan langsung itu diakui.  Kedua ini yang digunakan umat islam untuk menentukan awal Ramadan dan Syawal," ujarnya. 

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved