Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Banjir Makassar

Sistem Drainase Picu Banjir Makassar, Begini Penjelasan Ahli Teknik Hidrolik Unhas

Faraouk Maricar menyebut beberapa saluran drainase di Makassar tidak optimal dan mengalami penyempitan.

Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM/FAQIH IMTIYAAZ
Kondisi banjir yang merendam sejumlah titik di Kota Makassar, Jumat (17/2/2023). Drainase yang buruk dsebut jadi pemicu banjir Makassar. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR –  Kota Makassar dan sejumlah wilayah di Sulawesi Selatan (Sulsel) dilanda cuaca ekstrem sejak akhir Desember 2022.

Curah hujan tinggi disertai angin kencang membuat sejumlah titik banjir.

Puncaknya genangan mencapai titik kulminasi diakibatkan pusaran air laut perairan Sulsel bagian barat mengalami pasang surut.

Hingga akhirnya tumpah ke daratan dan nyaris lumpuhkan aktivitas masyarakat.

Daerah pesisir pun tak luput dari banjir.

Berdasarkan data Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) curah hujan pada tanggal 13 februari 2023 mencapai 243.2 mm/hari.

Sedangkan kondisi cuaca dapat dikategorikan ekstrem apabila curah hujan 200 mm/hari.

Menurut Dosen Teknik Sipil Unhas Farouk Maricar, dari pantauan pada Bendungan Bili-bili yang mengendalikan air dari hulu Sungai Jeneberang dalam kondisi normal.

Kondisi serupa juga di Kolam Regulasi Nipa-nipa yang tercatat normal.

Sementara wilayah kota termasuk di daerah pesisir, mengalami banjir dan genangan karena curah hujan yang tinggi namun tidak dapat mengalir secara normal akibat muka air laut yang relatif tinggi.

Faraouk Maricar menyebut beberapa saluran drainase di Makassar tidak optimal dan mengalami penyempitan.

Ini mengakibatkan timbulnya banjir saat curah hujan tinggi.

Baca juga: Dibahas di Rumah Danny Pomanto, Tim Unhas dan Pemkot Makassar Siap Kolaborasi Tangani Banjir

Baca juga: Macet Perbatasan BTP Makassar-Moncongloe Maros Hingga Malam Akibat Banjir, Babinsa Curi Perhatian

“Ada beberapa contoh saluran drainase di Kota Makassar yang tidak dalam kondisi optimal adalah Cross Drain di Jl AP Pettarani yang penuh dengan utilitas seperti kabel dan pipa," jelas Farouk Maricar, Sabtu (18/2/2023).

"Selanjunya Jl Andi Jemma yang tidak optimal akibat penyangga beton tidak dibersihkan sehingga sampah tersangkut di dalam saluran," lanjutnya.

Selain itu, sungai Daya juga disebutnya mengalami penyempitan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved