Opini
Polemik di Balik Insiden Tarik Tambang Maut
Siapa yang harus bertanggung jawab? Pertanyaan ini mengemuka kuat di publik, menyusul insiden tarik tambang maut yang menyisakan duka mendalam.
Oleh Mulawarman
Jurnalis, Alumni Unhas
TRIBUN-TIMUR.COM - Siapa yang harus bertanggung jawab? Pertanyaan ini mengemuka kuat di publik, menyusul insiden tarik tambang maut yang menyisakan duka mendalam bagi keluarga Masyita (43) dan 8 orang lainnya luka-luka.
Betapa tidak, kepergiaan warga Kelurahan Ballaparang Kecamatan Rapocini yang dari rumahnya untuk ikut event akbar, namun harus pulang hanya sisa nama.
Masyita yang juga Ketua RT itu, meninggal dunia, setelah kakinya terkena hentakan tali sehingga membuatnya terjatuh dan terbentur kepalanya. Nyawanya tidak sempat tertolong.
Pihak kepolisian sigap melakukan penyidikan. Hasil kerjanya antara lain telah menetapkan Ketua Panitia Rahmansyah sebagai tersangka.
Pelaku dituntut atas pasal kelalaian, karena tidak memperhatikan faktor keselamatan dalam pelaksanaan.
Meski demikian, publik tidak lantas puas, mengingat aktor di belakang pelaksanaan acara itu belum tersentuh. Bukankah mereka yang ditersangkakan, hanya sebagai pelaksana teknis dari pimpinan di atasnya.
Tulisan ini akan menyoroti pelaksanaan event akbar tarik tambang massal itu? Siapa saja yang terlibat? Target pelaksanaan event tersebut? Adakah hubungannya dengan kepentingan politik Pilpres 2024 dan Pilkada Gubernur 2023 mendatang?
Berharap Muri, Malah Sedih Hati
Bermula saat IKA Unhas Wilayah Sulsel berencana melaksanakan pelantikan pengurus. Ketuanya Moh Randham Pomanto atau Danny Pomanto yang juga sebagai Walikota Makassar.
Dalam rangkaian kegiatan itu, muncullah inisiatif dilaksanakan sebuah kegiatan yang melibatkan massa dalam jumlah besar di satu tempat.
Harapannya event itu bukan hanya bisa menyedot kehadiran massa dan perhatian media, namun juga targetnya memecahkan penghargaan Muri, sebagai satu-satunya kegiatan tarik tambang yang diikuti oleh 5000 peserta. Acara digelar 18 Desember di jalan Sudirman Kota Makassar.
Undangan itu kemudian berhasil menyedot perhatian dari warga masyarakat.
Usut diusut ternyata peserta yang ikut tidak semua alumni Unhas, melainkan masyarakat umum, yang dikerahkan secara massif oleh RT/RW setempat dengan arahan dari Pemkot Kota Makassar.
Saat hari H, acara pun membludak dengan dihadiri ribuan orang. Jalan sudirman, dipenuhi oleh peserta berkaos merah yang merupakan warna kebanggan Unhas dan kaos putih.
Saat turun jeda, naas terjadi, seorang peserta perempuan, Masyita (43) terhentak tali yang terlepas dan mengenai kakinya, sehingga membuatnya terjungkal dan kepalanya mengenai separator jalan. Naas terjadi, korban meninggal dunia di tempat.
Buntut kejadian itu, panitia pun akhirnya menghentikan kegiatan. Tidak ada pihak yang ingin peristiwa itu terjadi. Namun, malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih.
Target ingin meraih dukungan publik dan simpati pun hanya menyisakan kesedihan hati. Penghargaan Muri pun akhirnya tak kunjung diberi.
Pasca kejadian, publik ramai dengan klarifikasi panitia di satu sisi dan pihak kepolisian di sisi yang lain. Pihak panitia pada awalnya menjelaskan bahwa korban sedang selfi, lalu kemudian yang bersangkutan kurang waspada, akhirnya kakinya tersangkut tali dan terjatuh.
Kepalanya terbentur dan meninggal dunia. Sementara pihak kepolisian melakukan pengecekan terhadap CCTV dilokasi. Ternyata, korban yang tengah berdiri, tidak sedang selfi, kakinya tiba-tiba terbentur tali, dan terjatuh.
CCTV yang dijelaskan polisi membantah keterangan panitia dimana korban sendiri diklaim lalai dan tidak memperhatikan keselamatan dirinya. Pihak panitia sendiri akhirnya mengakui dan meminta maaf. Namun, pihaknya mengaku tidak ada unsur kesengajaan dan siap bertanggung jawab.
Danny Pomanto sebagai walikota Makassar yang saat itu turut dalam peserta tarik tambang turut memberikan penjelasan sejak awal insiden.
Terakhir, pada Sabtu 24 kemarin, pasca penetapan Ketua Panitia sebagai tersangka, Ketua IKA Unhas Wilayah Sulsel ini pun menyampaikan apresiasinya.
Dia mengaku respek dan memuji sikap Rahmansyah, dan mengharapkan untuk dicontoh.
Meski diakui Danny, bukan Rahmansyah yang seharusnya bertanggung jawab. “Sebenarnya bukan dia yang anu, tapi dia bertanggung jawab, saya bangga punya tim seperti itu,” puji Danny pada timnya (Detiksulsel,26/12/2022).
Soal siapa yang harus bertanggung jawab, Danny sendiri tidak melanjutkan penjelasannya.
Dia sekali lagi hanya respek: “itu contoh yang luar biasa,” puji Ketua IKA Unhas Wilayah Sulsel ini. Di sisi lain, Anggota Komisi III DPR RI, Ahmad Ali menyebut ketua panitia hanya dikorbankan dalam kasus ini. “Emangnya ini pertandingan RT? Kita buka selebar-lebarnya kasus ini, siapa yang memberikan SK kepada mereka (para panitia?),” tanyanya.
Ahmad Ali pun meminta kepolisian agar memberikan perhatian lebih. Pihaknya yakin ada pihak lain yang harus bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan itu.
Pasalnya, menurut pengakuannya, kegiatan tersebut simpang siur, mengingat informasi antara Polsek dan Polres berbeda, terkait izinnya. “Bagaimana kegiatan bisa terlaksana tanpa izin polisi, siapa yang suruh sehingga bisa tetap dilaksanakan,” ucapnya bertanya-tanya.
Politisi NasDem ini tampaknya sangat concern menyoroti insiden tersebut sejak kejadian. Hal ini, bisa terbaca bukan hanya terkait dengan tanggung jawab tugasnya di Komisi III DPR RI, namun juga terkait dengan dukungan partainya, NasDem yang sejak awal memang mendukung Walikota Danny Pomanto.
Tampaknya NasDem ingin agar kandidat yang diusungnya itu, clear dari kemungkinan anggapan negatif masyarakat. Dengan cara mendorong pihak kepolisian, mengusut tuntas para pelaku yang bertanggung jawab yang telah menyebabkan nyawa melayang itu.
Pasalnya, apabila kelak dalam proses penyidikan tidak terbukti secara hukum, Dany Pomanto yang merupakan Ketua IKA Unhas Wilayah Sulsel itu, maka dipastikan tuduhan akan hilang dengan sendirinya.
Dengan demikian, sikap anggota Komisi III DPR RI itu dapat dimaknai sebagai jalan untuk menghilangkan dugaan atau tuduhan yang tidak-tidak terhadap Danny yang diusung oleh NasDem dalam Pilkada lalu. Dengan sendirinya, citra Danny akan semakin clear dan positif.
Panas Pilkada Gubernur dan Pemilu 2024
Apakah ada hubungannya dengan politik kepentingan Pilkada Gubernur dan 2024? Boleh jadi ada yang nyinyir menanggapi pertanyaan ini, “sempat-sempatnya berpikir Politik saat orang berduka!” Pernyataan ini boleh jadi keluar setelah insiden maut.
Namun, saat sebelum kejadian, bagi politisi, semua kegiatan dapat dikapitalisasi menjadi kepentingan politik. Terlebih lagi event yang dapat melibatkan massa dalam jumlah banyak dan disorot puluhan media.
Danny Pomanto adalah walikota Makassar yang memiliki peluang maju dalam Pilkada Gubernur 2023 mendatang. Dia berkepentingan, popularitas dan elektabilitasnnya dapat semakin naik di kalangan masyarakat, tentu saja bukan hanya di Makassar, tapi juga targetnya di seluruh Sulsel. Posisinya yang inkumbent di jantung Ibu kota, memberikan insentif politik yang besar bagi Danny untuk bisa mendapat dukungan politik. Pengalaman Pilkada Kota Makassar beberapa tahun lalu, memberi cukup tantangannya, mengingat peta politik di Sulsel mendatang.
Di sisi yang lain, partai NasDem Sulsel pun turut berkepentingan menjaga popularitasnya bukan hanya di Sulsel tapi juga Pemilu 2024 mendatang.
Sejauh ini partai yang diketuai RMS ini termasuk yang sangat progresif melakukan politik pemenangan, baik di wilayah Makassar sendiri maupun di Sulsel secara keseluruhan. Dalam artian, jangan sampai karena kasus insiden maut itu, turut menjadi beban politik NasDem mendatang, mengingat partai ini sejak awal mendukung pemerintahan Danny-Fatma.
Dari polemik ini, publik dibuat belajar bahwa suatu kejadian dapat dibaca tidak selalu pada apa yang tampak di permukaannya. Selalu saja, menyisakan ruang keraguan untuk menghadirkan kebenaran alternatif lainnya. “Jangan-jangan event tarik tambang itu hanya untuk memuluskan politik bombastis Danny untuk kepentingan popularitas politik mendatang.” Bisa percaya, bisa juga tidak, silakan!. Tabe.(*)