Cuaca Buruk di Sulsel
Longsor dan Banjir Bandang Hantui Warga Enrekang, BPBD Sebut Hutan Gundul Jadi Pemicu
salah satu pemicu utamanya peristiwa longsor dan banjir adalah hutan dan perbukitan gundul dan hutan, Senin (26/12/2022).
Penulis: Erlan Saputra | Editor: Sukmawati Ibrahim
TRIBUN-TIMUR.COM, ENREKANG - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan (Sulsel) Arsil Bagenda mengatakan, salah satu pemicu longsor maupun banjir ialah hutan dan perbukitan gundul, Senin (26/12/2022).
Hal itu lantaran sudah banyak yang mengalihfungsikan perbukitan sebagai lahan pertanian dan perkebunan.
"Memang rawan longsor di Kabupaten Enrekang karena daerah berbukit dan banyak pohon hilang sehingga curah hujan tinggi akan menggerakkan tanah," ujar Arsil Bagenda.
Hal ini dikatakan Arsil Bagenda, saat ditemui di titik bencana longsor, Desa Karrang, Kecamatan Cendana, Sabtu (24/12/2022).
Selain bencana longsor dan banjir, meluasnya pembukaan lahan pertanian dan perkebunan menyebabkan tanah bergerak.
Arsil Bagenda mencatat, sebanyak delapan kecamatan sangat rawan dilanda bencana alam.
Dari delapan wilayah tersebut, yakni Kecamatan Bungin, Baraka, Anggeraja, Masalle, Baroko, Buntu Batu, Maiwa, hingga Enrekang.
Penyebab lainnya, fisik tanah yang lunak dan mudah bergerak.
Seperti fenomena tanah bergerak di tiga desa di kecamatan Maiwa, yakni Desa Lebani, Tapong, dan terparah Desa Labuku.
Selain itu, banjir bandang juga pernah melanda tiga wilayah di Kecamatan Anggeraja, yakni Kelurahan Tanete, Lakawan, dan Mataran.
Banjir bandang yang merendam puluhan rumah akibat debit air dari perbukitan cukup tinggi akibat hujan deras.
Di wilayah ini rata-rata pegunungannya sudah mulai gundul lantaran dialihfungsikan sebagai lahan pertanian bawang merah.
Baginya, salah satu cara meminimalisir adanya bencana longsor dan banjir adalah melakukan penghijauan dengan menanam pepohonan.
Upaya ini dilakukan untuk mencegah terjadinya longsor yang acapkali terjadi di wilayah Kabupaten Enrekang.
Untuk itu, dia mengharapkan, masyarakat tidak membuka lahan secara berlebihan, sebab rusaknya lingkungan akan mengundang sebuah bencana.
"Kabupaten kita ini sangat rawan sekali bencana, apalagi menurut perkiraan BMKG, curah hujan saat ini cukup tinggi dan diperkirakan masih berlangsung sampai Januari 2023. Sehingga masyarakat harus waspada," tutupnya. (*)