Minim Ongkos Penangkaran, Buaya Penerkam Mahasiswi dan 28 Ekor di Mamuju Tengah akan Dilepas Lagi
Sebanyak 28 ekor buaya air payau (Crocodylus porosus) tangkaran miliknya, akan dia lepas kembali ke alam liar, menyusul minimnya ongkos penangkaran.
TRIBUN-TIMUR.COM - M Rusli (40), pemilik penangkaran reptil buaya di RT 002, Dusun Babanna, Desa Babana, Kecamatan Budong-Budong, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, setahun terakhir dirudung susah.
Sebanyak 28 ekor buaya air payau (Crocodylus porosus) tangkaran miliknya, akan dia lepas kembali ke alam liar, menyusul minimnya ongkos penangkaran.
“Sudah setahun ini, ongkos makannya naik terus, saya mulai susah,” kata Rusli, kepada wartawan TribunSulbar.com, Rabu (21/12/2022)
Ke28 reptil purba ini akan dilepas Rusli di wilayah transmigrasi tersebut, termasuk seekor buaya penerkam Sinar (19 tahun), mahasiswi asal Polewali Mandar, di muara Sungai Benggaulu, Mamuju Tengah, Sulbar, Selasa (12/12/2022) pekan lalu.
Mayat Sinar, ditemukan sekitar delapan kilo meter dari lokasi kejadian, di belakang rumah tantenya.
Buaya penerkam Sinar ditangkap warga bersama tim search and rescue (SAR), Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Mamuju, hanya 88 jam usai insiden.
Buaya sepanjang +5 meter dengan berat +400 kg, lalu dibawa ke penangkaran buaya milik Rusli di Dusun Babanna, sekitar 9,3 km utara Topoyo, ibu kota Kabupaten Mamuju Tengah.
Lokasi penangkaran reptil purba ini berada di pemukiman nelayan dan warga Desa Babana.
Ini hanya sekitar 500 m dari jalan Trans utara Sulawesi, Poros Mamuju-Pasangkayu.
Data mencatat ada sekitar 2.000 warga di desa bantaran Sungai Benggaulu.
Babana adalah ibu kota Kecamatan Budong-Budong, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat.
Ada 81 dusun di Desa Babana. Ini satu dari 11 desa di Budong-Budong. Luasnya 249,67 km⊃2; dengan populasi 29.070 jiwa dan tingkat kepadatan 116,43 jiwa/km⊃2;.
Kini penangkaran milik Muhammad Rusli, memelihara 28 ekor buaya dari berbagai ukuran.
Mulai ukuran 1 meter lebih hingga buaya berukuran 5 meter lebih.
Penangkaran ini semacam kolam konstruksi semen seluas 100 m2.
Oleh otoritas pemerintah setempat, penangkaran buaya ini, dijadikan dalah satu destinasi wisata di bahu jalan poros Mamuju-Topoyo.
Rusli menyebut, penangkaran buaya ini berawal dari keperihatia warga setempat, banyaknya warga jadi korban terkaman buaya liar.
Bersama warga dan aparat setempat, Rusli mengevakuasi buaya-buaya sungai ke kawasan rumah dan kebunnya.
Jenis buaya air asin juga menjadi salah satu hewan reptil terbesar di dunia.
Panjang buaya air asin bisa mencapai 6,5-7 meter dengan berat hingga 1.000 kg lebih.
Dalam dua tahun, terakhir buaya itu kian ganas.
Sebelum pandemi COVID-19, pihaknya masih tertolong iuran masuk pengunjung lokal dan pendatang di akhir pekan.
Namun, kian hari, buaya-buaya kian besar, dan butuh asupan makan lebih banyak.
“Untung ada peternak ayam potong yang ikhlas beri ayam matinya,” ujarnya.
Rusli sudah mengkomunikasikan ini ke aparat dan otoritas setempat.
Tanpa subsidi pamerintah, dia mengaku semakin kewalahan untuk memenuhi biaya pakan.
Menurutnya, satu ekor buaya berukuran besar mengkonsumsi kurang lebih 10 kilogram daging ayam atau sekitar 6 ekor bangkai ayam.
"Kalau totalnya saya tidak pernah rinci, tapi yang jelasnya dalam sebulan biayanya capai jutaan rupiah," jelasnya.
Dikatakan, bantuan biaya pakan sudah ia koordinasi dengan pemerintah daerah dan pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), namun belum ada terealisasi.
Hanya saja, “belum ada kejelasan Pak,” ujarnya
Sejatinya, di akhir puncak pandemi, Januari 2022 lalu, Kepala Desa Babana, Arifuddin, menjadikan penangkaran ini salah satu destinasi wisata desa unggulan.
“Soal pakannya, ini kita memulai untuk menyusun prosesnya membangun sinergi ke semua stakeholder, pada kesimpulannya kami akan kaji,”tutur Kepala Desa Babana Arifuddin, Selasa (25/1/22).
Arifuddin menambahkan, penangkaran ini sangat unik mengingat ini adalah satu-satunya di kabupaten Mamuju Tengah, sehingga ke depan nantinya ini bisa jadi PAD desa sekaligus menjadi daya tarik wisatawan yang nantinya berkunjung.
Inisiatif desa ini, dipicu Warga Desa Babana, jadi korban terkaman buaya, tahun 2020 lalu.
Warga kian resah.
Buaya itu kerap mengikuti warga yang tengah beraktivitas di Sungai Budong-budong.
Setelah buaya empat meter ditangkap melalui jasa pawang, warga membunuh dan menguliti buaya sepanjang empat meter itu.
Harga kulit buaya bernilai ekonomi tinggi, mencapai Rp170 ribu hingga Rp250 ribu per kilo.
Keresahan berbuah inisiatif.
Kepala Resor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Mamuju, Ardi mengatakan, buaya yang dikuliti warga merupakan jenis buaya muara, dan habitat alaminya.
Otoritas penjaga lingkungan ini menyebut buaya termasuk satwa dilindungi dan ada hukuman pidana.
"Dari awal sudah habitatnya buaya, sebelum ada perkampungan itu sudah habitatnya memang buaya di situ," katanya.
Buaya yang masih hidup, sudah dibawa ke kantor BKSDA Mamuju.
Sedangkan buaya kecil, diamankan dan dibawa ke penangkaran di Kabupaten Polewali Mandar.
Wilayah transmigrasi
Mamuju Tengah adalah wilayah transmigrasi dan memberikan dampak positif.
Kini Mamuju Tengah diketahui mampu semakin berkembang daerahnya serta meningkat kesejahteraan masyarakatnya.
Ibukota Provinsi Sulawesi Barat sendiri berkembang dari awalnya menjadi lokasi permukiman transmigrasi.
Kabupaten Mamuju Tengah dijadikan sebagai lokasi transmigrasi dengan beberapa pertimbangan.
Pihak-pihak terkait diminta untuk saling bekerja sama sehingga fasilitas-fasilitas dasar yang dibutuhkan siap ketika akan ditempati. (*)