Catatan dari Reuni Trembesi
Kisah Jenderal Doni Monardo dan Andi Onny Gappa Hijaukan Markas Kostrad Kariango
DARI roof top lantai 20 Hotel Karebosi Premier di Jl Jenderal M Jusuf 1, Makassar, Sulawesi Selatan ( Sulasel ), Doni Monardo menatap ke bawah.
Penulis: CitizenReporter | Editor: Edi Sumardi
Doni lantas mengisahkan betapa “berantakan” kondisi Brigif.
Bukan saja tandus dan gersang, tetapi tumpukan sampah tak menggunung ada di sejumlah titik, dan menyebarkan aroma tidak sedap.
Masih ditambah berbagai kasus “kenakalan” prajurit.
Doni mulai mendisiplinkan prajuritnya.
Yang pertama bukan latihan kesamaptaan atau yang lain, tetapi membersihkan area brigade yang memiliki luas 301 hektare itu.
Tak kurang dari 350 rit truk (volume sampah) yang dikeluarkan dari area brigade. Ia bahkan menemukan residu atau timbunan sampah berusia puluhan tahun.
“Kami sampai kehabisan anggaran BBM untuk mengangkut sampah-sampah itu. Benar kan pak Anto?” kata Doni sambil memandang ke arah Letjen TNI Purn AM Putranto, yang saat itu menjabat Kepala Staf (Kas) Brigif Kariango berpangkat Letkol. AM Putranto berdiri, tertawa dan menjawab, “Benar…”
Sejak itu, markas Brigif Kariango menjadi bersih dari sampah.
Persoalan tidak berhenti sampai di situ. Habbit membuang sampah sembarangan, masih belum hilang seketika.
Termasuk kebiasaan membuang puntung rokok.
Langkah penertiban berikutnya diberlakukanlah peraturan, setiap prajurit -- terutama yang merokok -- wajib membawa bekas kaleng semir. Selesai merokok, matikan dan simpan puntungnya di kaleng semir, untuk nanti dibuang di tempat sampah.
Apakah persoalan puntung rokok selesai? Tidak! Dalam inspeksi rutin, Doni masih menemukan puntung rokok di jalanan.
Seketika Doni memerintahkan prajurit yang mendampinginya untuk memungut dan memakannya.
Padahal, mungkin bukan dia yang membuang puntung rokok itu.
Seisi Brigade “gempar” oleh kabar komandan menghukum dengan menyuruh prajurit memakan puntung rokok yang dibuang sembarangan.