Cerita Amir Uskara Pemuda Kampung yang Tak Lolos di Akabri dan Gagal Jadi Dokter, tapi Jadi Doktor
Wakil Ketua Umum PPP, M Amir Uskara (56) mengenang jika dirinya semasa kecil tak pernah bercita-cita menjadi seorang politisi dan duduk di DPR.
TRIBUN-TIMUR.COM - Wakil Ketua Umum PPP, M Amir Uskara (56) mengenang jika dirinya semasa kecil tak pernah bercita-cita menjadi seorang politisi dan duduk di DPR.
Justru dia malah bercita-cita menjadi engineer, dokter, hingga militer.
Namun, takdir berkata lain.
Tuhan menakdirkan politisi kelahiran, Gowa, 9 Desember 1965 itu jadi pengusaha, lalu jadi politisi Partai Persatuan Pembangunan ( PPP ), hingga akhirnya terpilih menjadi anggota Dewan yang mengurus masalah anggaran (budgeting).
Setamat SMA Negeri 1 Sungguminasa, mantan Ketua GP Ansor itu berangkat ke Magelang, Jawa Tengah untuk mendaftar Akabri (sekarang Akmil dan Akpol).
Amir Uskara bercita-cita menjadi militer (tentara atau polisi) sebab di era Ode Baru, sebagian kepala daerah berlatar belakang militer dengan sistem penunjukan langsung.
"Pas lulus SMA, saya mendaftar di Akabri. Sempat ke Magelang jadi Catar (Calon Taruna). Sampai di Magelang, dipulangkan. Mungkin karena orang kampung, tidak ada akses (koneksi). Mungkin juga karena tidak lulus, jadi dipulangkan," tutur Amir Uskara mengenang.
Baca juga: Benarkah Amir Uskara Bakal Bertarung di Pilkada Gowa?
Hal itu diceritakan Amir Uskara ketika menjadi salah satu pembicara dalam acara Leadership Forum & Capacity Building GenBI 2022 yang digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan, di Hotel The Rinra, Tanjung Bunga, Makassar, Sulsel, Sabtu (3/12/2022).
Kegiatan ini diikuti 210-an mahasiswa S1 penerima beasiswa Bank Indonesia dari Universitas Hasanuddin ( Unhas ), Universitas Negeri Makassar ( UNM ), dan UIN Alauddin.
Tak lulus di Akabri, dia tak patah semangat.
Tuhan menakdirkan dia lulus di Fakultas Teknik Unhas.
"Pas pulang dari Magelang, ada pengumuman (penerimaan) mahasiswa baru dan saya keterima di Fakultas Teknik Unhas," tuturnya.
Amir Uskara mendaftar di Fakultas Teknik Unhas karena dia bercita-cita menjadi engineer pesawat terbang.
• Terima HAKI Amir Uskara Ajak Politisi Menulis Buku
"Dulu di kampung kalau kita lihat pesawat, kita lari berteriak 'Kapal'. Saya belajarlah teknik perkapalan, tapi bukan kapal terbang," kata dia berkelakar.
Namun, rupanya studinya di Fakultas Teknik tak tuntas.
Dia lalu pindah ke Fakultas Kedokteran di "Kampus Jaket Merah" itu.
Hal sama kembali terjadi.
Lagi dan lagi, dia tak bisa menyelesaikan studi kedokterannya walau sudah diingatkan dosen.
"Amir, kamu harus selesaikan (pendidikan) doktermu. Bahasanya begini 'Kalau kau sudah jadi dokter, uang yang cari kamu.' Terus dalam hati saya 'Ambil uang dari mana?'" tuturnya mengenang percakapannya dengan salah seorang dosen Unhas.
Amir Uskara tak bisa menyelesaikan studinya di Fakultas Kedokteran bukan karena kemampuan otaknya terbatas, tapi karena masalah biaya.
Dia tak senasib dengan ratusan mahasiswa "diceramahinya", kemarin, yang mendapatkan bantuan biaya kuliah dari bank sentral Indonesia.
Uang kuliahnya bergantung dari orangtua di kampung.
Makanya dia pun memutar otak untuk berbisnis agar bisa hidup mandiri tanpa membebani orangtua.
Rupanya Amir Uskara merasa lebih nyaman cari uang ketimbang kuliah hingga akhirnya dia lupa menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Kedokteran.
"Akhirnya saya berubah dan masuk dunia usaha. Karena mulai dapat uang, akhirnya tertarik dan meninggalkan kampus," kata Amir Uskara.
Kendati gagal menamatkan studi di Fakultas Kedokteran Unhas, namun Amir Uskara sempat menjadi Sekretaris Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia pada tahun 1989 - 1991.
Pada tahun 1996 - 1998, dia menjadi Ketua Badan Pengurus Cabang Himpunan Pengusaha Muda Indonesia atau Hipmi Gowa.
Pada saat itu, passion Amir Uskara lebih condong ke bisnis dibanding medis.
Sambil berbisnis, dia kembali kuliah agar bisa menyandang gelar sarjana, namun mengambil studi ekonomi.
Amir Uskara memilih perguruan tinggi swasta, STIE YPUP Makassar.
Dia mulai kuliah pada tahun 2002 dan selesai tahun 2005.
Setamat S1, dia kembali ke Unhas untuk melanjutkan studi mulai tahun 2005.
Dia memilih Program Studi Kesehatan Masyarakat pada Program Pascasarjana.
Pendidikan S2-nya diselesaikan pada tahun 2010.
Saat Amir Uskara duduk di DPR RI sejak tahun 2014, dia juga memilih menempuh pendidikan doktoral.
Akhirnya pada tahun 2016, dirinya mulai kuliah S3 Ekonomi Bisnis pada Program Pascasarjana Universitas Padjajaran, perguruan tinggi negeri di Bandung, Jawa Barat.
Gelar doktor pun diraih pada tahun 2019, bertepatan dengan tahun pencalonannya sebagai anggota DPR RI untuk periode kedua.
Kendati 2 kali gagal meraih gelar sarjana, namun dia bisa menyelesaikan pendidikan tinggi hingga ke strata tertinggi.(*)
Baca berita terbaru dan menarik lainnya di Tribun-Timur.com via Google News atau Google Berita
