Cerita Amir Uskara Pemuda Kampung yang Tak Lolos di Akabri dan Gagal Jadi Dokter, tapi Jadi Doktor
Wakil Ketua Umum PPP, M Amir Uskara (56) mengenang jika dirinya semasa kecil tak pernah bercita-cita menjadi seorang politisi dan duduk di DPR.
Dia lalu pindah ke Fakultas Kedokteran di "Kampus Jaket Merah" itu.
Hal sama kembali terjadi.
Lagi dan lagi, dia tak bisa menyelesaikan studi kedokterannya walau sudah diingatkan dosen.
"Amir, kamu harus selesaikan (pendidikan) doktermu. Bahasanya begini 'Kalau kau sudah jadi dokter, uang yang cari kamu.' Terus dalam hati saya 'Ambil uang dari mana?'" tuturnya mengenang percakapannya dengan salah seorang dosen Unhas.
Amir Uskara tak bisa menyelesaikan studinya di Fakultas Kedokteran bukan karena kemampuan otaknya terbatas, tapi karena masalah biaya.
Dia tak senasib dengan ratusan mahasiswa "diceramahinya", kemarin, yang mendapatkan bantuan biaya kuliah dari bank sentral Indonesia.
Uang kuliahnya bergantung dari orangtua di kampung.
Makanya dia pun memutar otak untuk berbisnis agar bisa hidup mandiri tanpa membebani orangtua.
Rupanya Amir Uskara merasa lebih nyaman cari uang ketimbang kuliah hingga akhirnya dia lupa menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Kedokteran.
"Akhirnya saya berubah dan masuk dunia usaha. Karena mulai dapat uang, akhirnya tertarik dan meninggalkan kampus," kata Amir Uskara.
Kendati gagal menamatkan studi di Fakultas Kedokteran Unhas, namun Amir Uskara sempat menjadi Sekretaris Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia pada tahun 1989 - 1991.
Pada tahun 1996 - 1998, dia menjadi Ketua Badan Pengurus Cabang Himpunan Pengusaha Muda Indonesia atau Hipmi Gowa.
Pada saat itu, passion Amir Uskara lebih condong ke bisnis dibanding medis.
Sambil berbisnis, dia kembali kuliah agar bisa menyandang gelar sarjana, namun mengambil studi ekonomi.
Amir Uskara memilih perguruan tinggi swasta, STIE YPUP Makassar.
