Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Launching TribunToraja

Kisah Johanis Tanak Wakil Ketua KPK Tolak Pemberian Senilai 7 Mobil Kijang 22 Tahun Silam

Johanis Tanak punya pengalaman ditawari uang suap senilai Rp500 juta pada tahun 2000 silam, atau 22 tahun lalu.

Editor: Ari Maryadi
Tribunnews
Bincang Eksklusif Tribun Network bersama Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini. 

TRIBUN-TIMUR.COM -- Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Johanis Tanak menceritakan tantangan dan pengalamannya sebagai aparat penegak hukum.

Johanis Tanak punya pengalaman ditawari uang suap senilai Rp500 juta pada tahun 2000 silam, atau 22 tahun lalu.

Ketika itu, uang senilai Rp500 juta setara tujuh unit mobil kijang.

Hal itu diceritakan Johanis Tanak saat ditanya sumbangsih untuk kampung halamannya, Tana Toraja Sulawesi Selatan.

Johanis Tanak, tampil dalam bincang eksklusif bersama direktur pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra.

Ia menceritakan, tidak sedikit pencapaian membanggakan yang telah diraihnya.

Tiga puluh tahun berkarir sebagai aparat penegak hukum, Johanis menolak upaya suap yang pernah ditawarkan kepadanya.

"Rp500 juta tahun 2000, setara dengan tujuh mobil kijang pada waktu itu. Uang bukan segala-galanya yang penting sehat," kata Johanis.

Ta'nak, dalam bahasa suku Toraja kata tersebut bermakna bibit padi di persemaian yang siap dipindahkan ke sawah.

Tergambar segar dan hijaunya benih berkualitas yang siap ditanam petani.

Kata Ta'nak mungkin tidak asing didengar.

Belum lama ini, salah satu putra terbaik bangsa berdarah Toraja resmi menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Republik Indonesia (RI).

Johanis Tanak, tampil dalam bincang eksklusif bersama direktur pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra.

Alumni Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin 1983 itu bercerita kesalahan penulisan pada namanya sejak duduk di bangku sekolah dahulu.

"Saya lahir di kota orang, papa saya dari kepolisian, kurang waktu untuk berdiskusi sehingga ketika ditulis nama saya di sekolah ditulislah Tanak," ujarnya.

"Padahal nama bapak saya itu, Ta'nak," katanya.

Lanjut dia, makna yang terkandung di dalam nama tersebut pastinya lebih dipahami oleh masyarakat suku Toraja.

“Saya memang tidak lahir di Toraja, tapi setiap ditanya Pak Johanis orang mana, dengan bangga saya jawab Toraja,” demikian jawaban lugas, tegas dan spontan pria 61 tahun itu.

Kebanggaan lainnya diceritakan Johanis yang menyukai air kotor.

Febby selaku pembawa acara jelang launching Tribun-Toraja.com pada Kamis, 1 Desember 2022 itu terkejut mendengar cerita Johanis.

Lalu Johanis mengatakan, air kotor itu singkatan Air Kopi Toraja.

"Di mana pun saya bertugas, saya akan memperkenalkan air kotor,"

Bukan tanpa sebab, hal itu dilakukan untuk menjadikan istilah ikonik kopi mendunia asal Tana Toraja.

Tidak kalah nikmat dengan kopi, ikan mas yang dibalut dengan sayur-sayuran dan diletakkan ke dalam bambu lalu dibakar diatas bara api, menjadi makanan favorit Johanis.

"Hahaha, saya lupa namanya tapi itu sangat enak," katanya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved