Cuaca Buruk
Akhir Pekan Ini, 10 Kabupaten di Sulsel Berpotensi Cuaca Buruk
tingginya curah hujan di wilayah utara Sulsel, karena teridentifikasi adanya pertemuan angin (ITCZ)
Laporan Mahasiswa Magang Tribun, Rayfadil
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) IV Makassar memprediksi curah hujan tinggi akan terjadi di wilayah utara Sulawesi Selatan pada 2-5 Desember 2022.
Wilayah tersebut meliput, Luwu Timur, Luwu Utara, Luwu, Palopo, Tana Toraja, Toraja Utara Enrekang,, Sidrap, Wajo dan Pinrang bagian utara.
Curah hujan di 10 kabupaten dan kota itu, 50 milimeter per hari.
“Ini kategori hujan deras,” kata Pelaksana Harian Sub Koordinator Pelayanan Jasa BMKG IV Makassar, Rizky Yudha, saat ditemui di kantornya, Selasa (29/11/22) pagi.
Untuk wilayah barat Sulawesi Selatan, yaitu Parepare, Pangkep, dan Barru, kata Rizky, intensitas hujan diperkirakan 20 milimeter per hari atau hujan ringan hingga lebat dengan durasi yang singkat.
Menurut Rizky, BMKG IV Makassar telah mengeluarkan imbauan resmi adanya peningkatan curah hujan sedang hingga lebat di wilayah barat Sulsel pada 29 November hingga 1 Desember.
Rizky melanjutkan, tingginya curah hujan di wilayah utara Sulsel, karena teridentifikasi adanya pertemuan angin (ITCZ) yang menyebabkan pertumbukan massa udara membentuk awan-awan hujan.
“Wilayah tersebut perlu diwaspadai lantaran intensitasnya berada di atas 50 milimeter per hari” ucap Rizky.
Untuk potensi angin kencang dan gelombang tinggi, kata Rizky, diperkirakan terjadi pekan depan di perairan barat dan selatan, yaitu Selat Makassar bagian selatan, Kepulauan Selayar, dan Sabarana.
“Periode puncak cuaca buruk di Sulsel diperdiksi berlangsung dari awal Desember hingga Januari nanti,” ujarnya.
Dia mengimbau kepada para pemangku kepentingan dan seluruh masyarakat agar meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi terjadinya bencana hidrometeorologi akibat dari curah hujan tinggi.
“Dampak tersebut antara lain banjir atau genangan, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, pohon tumbang. Termasuk keterlambatan jadwal penerbangan atau pelayaran hingga meluapnya area tambak budidaya,” tutupnya.
