Memilih Damai
Jawa adalah Kunci Pemilu 2024, Dosen UI: Suara di Jawa 57,29 Persen dari Total se-Indonesia
Tribun Timur menghadirkan empat pengamat politik dari kalangan akademisi membedah tema 'Jawa adalah Kunci Pemilu 2024'.
Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Jelang Pemilu 2024, diskursus politik menjadi hangat diperbincangkan.
Tribun Timur pun menghadirkan empat pengamat politik dari kalangan akademisi membedah tema "Jawa adalah Kunci Pemilu 2024" di Aula Prof Syukur Abdullah, FISIP, Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Senin (14/11/2022).
Hadir Dosen Universitas Indonesia Panji Anugrah Pramana, Komisaris Utama PT Cyrus Nusantara Hasan Hasbi, Guru Besar UIN Alauddin M Qasim Mathar dan Dosen Sosiologi Politik Iqbal Latief.
Diskusi ini dipandu Pemimpin Redaksi Tribun Timur Thamzil Thahir.
Panji Anugrah menyebut tema Jawa adalah kunci bisa dimaknai dua hal.
"Jawa adalah kunci, ada dua makna. Pertama, kandidat capres haruslah orang jawa, yang berpeluang menang adalah orang jawa," ujar Panji.
"Makna kedua, secara elektoral bisa dipahami bahwa siapapun menguasai Jawa bisa memenangkan kontestasi tersebut," lanjutnya.
Menurutnya, makna ini bisa ke arah orang atau pelakunya maupun ke wilayahnya.
Panji mencontohkan ketika pemilu 2019, Daftar Pemilih Tetap (DPT) mayoritas di Pulau Jawa.
"Contohnya di DPT 2019, ada 191 juta yang memiliki hak pilih. Sekitar 110 juta pemilih itu di Jawa," kata Panji
"Jadi 57,29 persen pemilih di Jawa terbagi ke dalam 6 provinsi," lanjutnya.
Panji pun setuju bahwa angka tersebut sangat besar dalam pemilu.
Apalagi sistem pemungutan suara di Indonesia menganut satu suara untuk satu oraang.
"Memang secara hitung-hitungan matematika itu besar," tegasnya.
Maka dari itu, makna Jawa adalah Kunci bisa disebutkan dari sisi voters atau pemilih.(*)
Laporan Wartawan Tribun-Timur.com, Faqih Imtiyaaz