Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

BBM

Hati-hati Beli BBM 'Murah' Bisa Rugi Kemudian Hari, Kok Bisa? Simak Penjelasannya

Hal ini disampaikannya saat diskusi publik bertajuk Pengendalian BBM Bersubsidi Tepat Sasaran di DKI Jakarta

Editor: Alfian
Youtube/KBR
Diskusi publik bertajuk Pengendalian BBM Bersubsidi Tepat Sasaran di DKI Jakarta disiarkan scr live via KBR dan direlay oleh ratusan radio jaringan di daerah, Selasa (8/11/2022). Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia atau YLKI menyoroti penggunaan BBM murah atau bersubsidi. 

TRIBUN-TIMUR.COM - "Masyarakat sering salah kaprah, dengan membeli BBM yang lebih murah, tapi penghematannya tidak signifikan. Sedangkan dampaknya justru bisa lebih besar," ucap Ketua Pengurus Harian Yayayan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi.

Lebih lanjut Tulus Abadi mengatakan bahwa masyarakat sebenarnya bisa merugi.

"Karena harus mengeluarkan biaya maintenance yang lebih tinggi," sambungnya.

Hal ini disampaikannya saat diskusi publik bertajuk Pengendalian BBM Bersubsidi Tepat Sasaran di DKI Jakarta disiarkan scr live via KBR dan direlay oleh ratusan radio jaringan di daerah, Selasa (8/11/2022).

Kegiatan diskusi publik ini turut dihadiri oleh multi stake holders.

Mulai akademisi, pengamat, pemerintah, BPH Migas, kalangan milenial, jurnalis, dan lain-lain.

Sekedar diketahui, penggunaan BBM bersubsidi saat ini menjadi salah satu perhatian YLKI.

Merujuk pada UU 30 Tahun 2017 tentang Energi menegaskan subsidi energi itu adalah hak masyarakat yang tidak mampu kata  Tulus Abadi.

Namun penggunaan BBM subsidi 20 persennya adalah masyarakat yang mampu. 

"Jika merujuk pada konfigurasi persoalan di atas, kebijakan pengendalian BBM bersubsidi adalah masuk akal. Barang bersubsidi apapun jenisnya harus dibatasi dan dikendalikan," paparnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa mobilitas kendaraan motor yang bisa dengan leluasa masuk ke dalam gang.

Turut mengambil peran dalam penyebaran polusi udara hingga polusi suara merata ke seluruh DKI Jakarta.

Dikatakan, motor yang bisa masuk ke dalam gang tentu bisa dengan mudah menyebarkan polusi udara hingga polusi suara secara merata.

Tulus menyatakan, polusi emisi menyebabkan langit Jakarta mendung. Sehingga langit gelap seperti akan terjadi hujan. 

"Tapi kalau di Jakarta masih menggunakan kendaran pribadi menyebabkan langit Jakarta mendung, sehingga langit gelap seperti akan terjadi hujan," tambah tulus.

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved