Tribun Komunitas
Besok, UKM Expo 2022 Jateng Sharing Ilmu Kopi di Mal PiPo Makassar
Samuel Karundeng mengatakan saat ini perkembangan kopi nasional di hilir sangat cepat, sedang di hulu malah menurun.
Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Abdul Azis Alimuddin
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Jawa Tengah kolaborasi dengan Dinas Koperasi dan UMKM JawaTengah menggelar UKM Expo 2022 di Atrium Mal PiPo Makassar, Jumat-Minggu (21-23/10/22).
Sejumlah kegiatan dilaksanakan dalam UKM Expo 2022 Provinsi Jawa Tengah ini.
Salah satunya Sharing Ilmu tentang Kopi atau Shar’i Kopi yang akan dilaksanakan pada Jumat (21/10/22), Pkl 10.00 Wita.
Kegiatan dalam bentuk diskusi ini menghadirkan lima pembicara.
Yaitu Sri Widada (Analis Kebijakan Ahli Muda Deputi Bidang Usaha Mikro Kemenkop UKM RI), Prof Sri Mulato (Direktur Coffe Cocoa Training Centre Surakarta), DR Reta STP, Msi (Ketua II Dekopi Sulsel/Peneliti Kopi Politani Pangkep), Samuel Karundeng (Direktur PT Sulotco Jaya Abadi) dan Solihin (Ketua Kluster Temanggung) yang dipandu host DR Eddyman W Ferial (Kepala Laboratorium Biologi FMIPA Unhas).
Dikonfirmasi, salah satu pembicara Shar’i Kopi, Samuel Karundeng mengatakan saat ini perkembangan kopi nasional di hilir sangat cepat, sedang di hulu malah menurun.
“Beban petani di hulu sangat berat karena produktivitas dan harga yang rendah. Sebagai pelaku bisnis kopi kami tidak tahu statistik produksi dan luas kopi nasional secara persis tetapi di lapangan yang ditemukan adalah produksi turun cukup besar,” ujarnya.
Sulotco, lanjutnya, memiliki perkebunan kopi seluas 1.000 ha di Toraja, terbesar ke dua setelah PTPN XII di kawasan Gunung Ijen seluas 5.000 ha. Kebun ini berdiri sesuai amanat pendiri perusahaan bahwa kalau perdagangan sudah maju harus masuk ke hulu.
Visi perusahaan adalah menjadi perkebunan kopi berkelanjutan berbasis lingkungan dan penghasil biji kopi terbaik, bekerjasama dengan petani kopi Indonesia.
Sedang misinya adalah menghasilkan dan memperoleh biji kopi yang bermutu tinggi dan disukai oleh berbagai konsumen dunia melalui teknik budidaya organik berkelanjutan, sistem pengolahan kopi yang bernilai tinggi, pembinaan dan pendampingan petani kopi di seluruh Indonesia.
Saat ini Sulotco membina petani kopi di Lampung, Bandung, Temanggung, Jember, Banyuwangi, Malakaji, Makassar, Toraja, Seko.
“Pengalaman kami ketika mulai masuk untuk membina adalah petani dalam posisi lemah sehingga tidak punya semangat mengembangkan kopi,” katanya.
Contohnya di suatu daerah. Penyuluh sengaja datang ke Sulotco dan minta masuk ke wilayahnya sebab hampir semua petani mau menebang pohon kopinya akibat harga rendah dan tidak jelas apakah akan dibeli atau tidak.
“Kami datang ke sana memberi motivasi. Kalau tidak ada yang membeli kami siap menampung dengan harga yang wajar. Saat ini kondisi petani sangat berat. Mereka membutuhkan harga layak yang stabil, bukan stabil rendah. Pemerintah diharapkan bisa berperan dalam hal ini,” katanya.
Harga memang diatur oleh mekanisme pasar. Masalahnya adalah produktivitas petani masih rendah sehingga mengikuti pasar mekanisme pasar membuat petani semakin terpuruk. Saat ini hilir berjaya dan tidak ada masalah berapapun harga kopi, sedang petani sebaliknya.