Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Survei

Suvei: Partai Golkar Jadi Pilihan Masyarakat Sulsel, Namun tidak dengan Airlangga Hartarto

Naiknya nama Golkar di Sulsel rupanya tak berbanding lurus dengan calon presiden usungannya yakni Airlangga Hartarto.

Penulis: Muh. Sauki Maulana | Editor: Muh. Irham
Tribun Timur/Muh Sauki Maulana
Launching lembaga survei IIC dan diskusi preferensi politik masyarakat Sulsel menuju pilpres 2024 di Warkop Megazone, Jl Boulevard, Makassar, Jumat (14/10/2022). 

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Menyambut Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang, lembaga survei Integritas Ide Celebes (IIC) melakukan riset terkait elektabilitas partai serta calon kandidat versi masyarakat Sulsel.

Hasilnya, dari beberapa partai, Golkar menempati posisi pertama di hati masyarakat.

Dari data yang diperoleh, Golkar menarik perhatian masyarakat sebesar 21 persen.

Partai selanjutnya yakni Gerindra di angka 17,7 persen, NasDem di angka 15,3 persen, menyusul Demokrat 6,4 persen, PDIP 5,9 persen, PKS 5,9 persen, serta PAN, PPP, PKB dan Perindo di bawah 2 persen saja.

Naiknya nama Golkar di Sulsel rupanya tak berbanding lurus dengan calon presiden usungannya yakni Airlangga Hartarto.

Setelah melakukan survei ke 600 responden, tim IIC menemukan nama Airlangga di peringkat 10 dengan angka 0,1 persen.

Bahkan di bawah nama seperti Agus Harimurti Yudhoyono, Puan Maharani, Khofifah Indar Parawansa, serta Erik Tohir.

Pengamat politik dan kenegaraan, Arqam Azikin menilai gejala tersebut akibat partai milik Airlangga tidak bekerja dalam menyukseskan dirinya sebagai calon presiden kelak.

Arqam bahkan berguyon jika rapat yang dilakukan DPD I Golkar Sulsel di Hotel Claro hanya sebatas '400 meter'.

"Pertemuan DPD Golkar di Claro hanya pencalonan 400 meter, itu saja yang terlihat. Seperti tidak niat dalam mengusung calon presidennya," ujarnya dalam acara launching dan diskusi lembaga survei ICC di Warkop Megazone di Jl Boulevard, Makassar, Jumat (14/10/2022).

Dirinya bahkan menambahkan, petinggi Golkar di Sulsel tak bekerja maksimal dalam meninggikan elektabilitas Airlangga di Sulsel.

"Ataukah pelatih politiknya yang salah? Sehingga tingginya elektabilitas partai malah tak ketemu dengan elektabilitas Airlangga," jelasnya.

Senada dengan Arqam, Akademisi FISIP Unhas, Rizal Pauzi menjelaskan analisisnya soal ketimpangan tersebut.

Menurutnya, kejadian seperti ini ialah buntut mesin politik dalam hal ini partai tidak bekerja.

"Sulsel menjadi unik, terlihat dari hasil survei. Karena, besarnya mesin politik tidak berpengaruh kepada figur calonnya," ucapnya.

"Artinya kinerja partai tidak signifikan dalam membesarkan calonnya," tambah Rizal. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved