Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Mukhsan Putra Hatra Usul Revitalisasi Drainase Sungai Tallo Makassar

Peneliti, Mukhsan Putra Hatra mengatakan, penelitian ini menggunakan daya curah hujan yang berpengaruh pada daerah tersebut.

Penulis: Siti Aminah | Editor: Abdul Azis Alimuddin
TRIBUN-TIMUR.COM/SANOVRA JR
Sejumlah Pengunjung menikmati suasana alam saat berwisata menggunakan perahu Bukit Baruga menyusuri Sungai Tello, Makassar, Sabtu (22/5/2021). Bukit Baruga menyusun konsep untuk mendorong Sungai Tello sebagai kawasan destinasi wisata Makassar. Pengembangan berkerjasama dengan rumah makan terapung di sungai itu. Kawasan wisata berada di delta Sungai Tallo dan Pampang, terbentuk akibat sedimentasi selama ratusan tahun. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Makassar melakukan diseminasi hasil penelitian terkait revitalisasi sistem drainase di Makassar.

Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai Tallo mulai dari kolam regulasi Nipa-nipa hingga ke muara.

Peneliti, Mukhsan Putra Hatra mengatakan, penelitian ini menggunakan daya curah hujan yang berpengaruh pada daerah tersebut.

Yakni Stasiun Senre dan Tamangapa Kassi mulai tahun 1995-2019.

“Dari hasil itu didapat hidrograf banjir sub DAS Mangalarang dengan metode Nakayasu,” kata di Hotel Arthama, Rabu (12/10/2022).

Dari hasil pemetaan daerah rawan banjir Makassar, luas daerah terdampak banjir berdasarkan kecamatan, yakni Kecamatan Manggala 6,48 kilometer persegi.

Kolam Regulasi Nipa-nipa yang terekam dari atas udara yang berada di wilayah Kabupaten Gowa, Maros, dan Kota Makassar, Jumast (29/1/2021). Curah hujan tinggi yang menyebabkan banjir di beberapa daerah Kota Makassar sangat membutuhkan perhatian pemerintah. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun Kolam Regulasi Nipa-nipa untuk mengatasi banjir yang kerap terjadi di Kota Makassar dan sekitarnya akibat luapan Sungai Tallo bagian hilir. TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR
Kolam Regulasi Nipa-nipa yang terekam dari atas udara yang berada di wilayah Kabupaten Gowa, Maros, dan Kota Makassar, Jumast (29/1/2021). Curah hujan tinggi yang menyebabkan banjir di beberapa daerah Kota Makassar sangat membutuhkan perhatian pemerintah. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun Kolam Regulasi Nipa-nipa untuk mengatasi banjir yang kerap terjadi di Kota Makassar dan sekitarnya akibat luapan Sungai Tallo bagian hilir. TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR (TRIBUN-TIMUR.COM/SANOVRA JR)

Kecamatan Rappocini 0,31 kilometer persegi, Panakkukang 4,24 kilometer persegi, Tallo 3,37 kilometer persegi, Tamalanrea 11,59 kilometer persegi, Biringkanaya 0,01 kilometer persegi.

“Sehingga total luas daerah terdampak banjir sebanyak 26 km2,” katanya.

Melihat hal tersebut diperlukan revitalisasi sungai Tallo dengan kolam retensi.

Dengan adanya kolam retensi, diharapkan bisa memperlambat pertemuan antara air pasang dengan debit banjir dari hulu.

Sehingga daerah terdampak banjir mengalami perubahan, dimana Kecamatan Manggala sisa 4,94 kilometer persegi.

Kecamatan Rappocini 0,05 kilometer persegi, Panakkukang 0,61 kilometer persegi, Tallo 0,92 km2, Tamalanrea 1,77 kilometer persegi, Biringkanaya 0,01 kilometer persegi.

“Sehingga total luas daerah terdampak banjir sisa 8,30 km2 dari 26 km2 sebelum adanya kolam retensi,” katanya.

Kesimpulan dari penelitian ini ialah debit banjir hulu yang masuk ke dalam Sungai Tallo dibagi menjadi 2 sub DAS, sub DAS Tallo hulu dan sub DAS Mangalarang.

Debit banjir masing-masing sebesar Q50=523,76 m⊃3,/det dan Q50= 886,82 m⊃3,/det.

Adapun solusi untuk mengatasi banjir sungai Tallo dengan sistem drainase berwawasan lingkungan yaitu dengan rencana pembangunan kolam retensi hilir.

Dengan volume tampungan total normal sebesar 2,48 juta m⊃3; dan tampungan maksimum sebesar 5,31 juta m⊃3. Dapat direduksi sekitar 17,7 km⊃2; luas daerah terdampak banjir.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved