Beras untuk Warga Miskin di Luwu Kuning dan Berbau, Pendamping BPNT Suli Salahkan Agen
Yenny meminta agen penyalur BPNT bertanggung jawab dan segera mengganti dengan beras kualitas premium.
Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUNLUWU.COM, SULI - Pendamping Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Kecamatan Suli, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan Yenny meminta maaf.
Ia meminta maaf lantaran telah meloloskan beras kuning dan berbau untuk dibagikan kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di Desa Cimpu Utara, Kecamatan Suli.
Yenny meminta agen penyalur BPNT bertanggung jawab dan segera mengganti dengan beras kualitas premium.
"Kami sudah sampaikan kepada kepala desa dan agen untuk segera mengganti berasnya, walaupun sebenarnya berasnya sudah habis," kata Yenny, Selasa (27/9/2022).
Selaku pendamping, ia sudah menyampaikan kepada semua agen agar kualitas barang dijaga dan jika ada yang rusak diganti dan tidak disalurkan.
"Saya juga sudah pernah sosialisasi di Kantor Desa Cimpu Utara ke semua KPM agar sekiranya ada barang rusak tolong dikembalikan ke agen untuk digantikan," tuturnya.
Yenny mengaku tidak mengetahui jika ada beras kualitas rendah disalurkan.
Ia baru mengetahui setelah melihat video berisi rekaman pengakuan warga KPM yang menerima beras rusak.
"Kami juga tidak tahu kenapa berasnya bau, kalau kami tahu kami pasti gantikan," katanya.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah warga kategori miskin di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan mengeluh.
Warga miskin penerima bantuan pemerintah tersebut mengeluh karena diberi bantuan beras tidak layak konsumsi.
Kualitas beras yang diberikan terbilang buruk, berbau dan kekuningan.
Meski begitu, beberapa warga tetap menerima dan mengkonsumsinya. Lantaran mereka tidak punya pilihan lain.
"Beras bantuan berwarna kuning dan berbau. Nasi cepat basi kalau dimasak," kata warga Desa Cimpu Utara, Kecamatan Suli, Luwu, Patimah, Senin (26/9/2022).
Beberapa penerima lainnya mengamini perkataan Patimah.
Mereka menyebutkan beras dari Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) ini disalurkan pada Agustus lalu melalui Dinas Sosial Luwu.
"Kalau dicuci langsung hancur seperti bubur, baunya tajam dan patah-patah juga," kata warga lainnya.
Kepala Dinas Sosial Luwu, Johan Daido membenarkan adanya beras busuk yang dibagikan di Kecamatan Suli.
Johan mengaku sudah meminta agar beras tersebut diganti.
"Sudah kita sampaikan untuk segera diganti," kata Johan.
Kejadian itu membuat kepala dinas marah. Ia bahkan langsung memberhentikan tenaga pendamping bantuan itu.
"Tenaga pendampingnya juga langsung kita berhentikan," katanya.
Selain beras busuk, jatah telur untuk penerima juga dikurangi.
Harusnya setiap Keluarga Penerima Manfaat (KPM) diberi 25 butir telur.
Namun faktanya KPM hanya mendapatkan 20 butir telur.(*)