Lapas Makassar
Napi Teroris Ikut Bekerja di Pabrik Garmen Lapas Kelas I Makassar Kini Banjir Orderan
Orderan pabrik garmen Lembaga Pemasyarakatan atau Lapas Kelas I Makassar kian meningkat di Jl Alauddin Nomor 191 Kelurahan Gunung Sari, Makassar.
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Orderan pabrik garmen Lembaga Pemasyarakatan atau Lapas Kelas I Makassar kian meningkat di Jl Alauddin Nomor 191 Kelurahan Gunung Sari Kecamatan Rappocini Kota Makassar, Kamis (16/07/2020) lalu.
Pabrik garmen ini diresmikan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sulawesi Selatan, Harun Sulianto.
Pabrik Garmen Lapas Kelas I Makassar biasanya menerima minimal 100 pcs untuk sekali orderan setelah beroperasi.
Dari situ, ribuan pesanan jahitan hingga sablonan diproduksi, di antaranya pakaian dinas, seragam sekolah, almamater kampus hingga Baju Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang dipesan dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan di Sulawesi Selatan.
Penanggung jawab Pabrik Garmen Lapas Kelas I Makassar, Erwin mengatakan, hasil yang didapat dari orderan setiap bulannya digunakan untuk memutar modal, mengembangkan usaha, dan menggaji para Narapidana alias Napi pekerja di pabrik garmen Lapas Kelas I Makassar.
"Tergantung seberapa banyak pesanan yang mereka bisa selesaikan," katanya.
Baca juga: Lewat FTI UMI, PT Amura Pratama Donasikan 100 APD untuk Jurnalis Makassar

Terdapat kurang lebih 100 napi dengan masa hukuman di atas lima tahun yang dipekerjakan.
Para napi itu telah melalui proses seleksi, kemudian dilatih hingga terampil dalam bidang menjahit.
"Jadi kita pilih yang masa tahanannya di atas lima tahun, karena untuk melatih orang menjahit itu tidak mudah. Anggaplah misalnya hukumannya lima tahun, kemudian mendapat remisi, maka pasti waktunya semakin sedikit." katanya.
"Nah dari situ kemudian kita seleksi lagi, yang mana kiranya di antara mereka punya minat dan bakat agar mudah dilatih menjahit," tambahnya.
Erwin menjelaskan, tujuan para napi dibekali keterampilan menjahit, agar saat bebas nanti, mereka dapat mencari nafkah dengan halal.
Baca juga: Profesi Insinyur, Majelis Taklim, Amura Pratama Sumbang 969 Pcs Pakaian Hazmat untuk Tenaga Medis
Olehnya, pabrik, peralatan, pelatih, hingga badan usaha berbentuk CV Amura Pratama pun dihadirkan untuk mewadahi para tahanan di Lapas Kelas I Makassar.
Sementara itu, Widodo, salah satu pekerja di Pabrik Garmen Lapas Kelas I Makassar mengaku sangat antusias selama mengikuti pelatihan menjahit.
Pria asal Medan, Sumatera Utara berharap Amura Pratama tetap bisa mendampingin di dunia bisnis setelah bebas nantinya.
Sehingga, ia dapat mengaplikasikan keterampilan menjahitnya itu.
Sejak dibuka, garmen di dalam Lapas widodo langsung ikut sampai saat ini sudah 2 tahun lebih.
"Tentunya ingin berkumpul kembali bersama keluarga. Ingin memulai hidup baru dengan pekerjaan yang halal," kata napi teroris ini.
Widodo bekerja mulai dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Sehari harinya widodo tidak lagi memikirkan hal hal aneh semenjak bekerja di dalam garmen. (*)