Kementan Terus Lakukan Penanganan Penyakit Hawar dan Busuk Pelepah Sebagai Dampak dari Cuaca Ekstrim
DIREKTORAT Jenderal Tanaman Pangan, kembali melangsungkan BTS Propaktani episode ke-621 dengan tema Pengelolaan Penyakit Hawar dan Busuk Pelepah.
“Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi ketahanan tanaman padi terhadap serangan Sarocladium orizae, diantaranya ketinggian tempat, varietas, umur tanaman, kondisi suhu panas dan kelembaban tanaman, tanaman yang stress, serta tingkat kadar kalium,” terang suryo.
Ia juga menguraikan penelitian yang terlaksana pada tahun 2018 di wilayah Karawang.
“Varietas yang memiliki ketahanan paling tinggi terhadap serangan Sarocladium orizae adalah varietas IR – 42. Pada tahun tersebut indeks kejadian penyakit pada varietas IR – 42 sebesar 0 persen,” urainya.
Peneliti dari pusat riset tanaman pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bambang Nuryanto menjelaskan terkait penyakit hawar pelepah padi yang terjadi karena Rhizoctonia solani Kuhn ini.
Penyakit ini sangat mudah ditemukan, terutama di daerah pertanian padi yang intensif.
Dapat menginfeksi pelepah dan batang tanaman yang ditandai oleh adanya bercak-bercak berwarna kecoklatan atau orange dan warna putih di bagian tengahnya.
Keparahan infeksi dapat meningkat pada tanaman yang rapat dan dipupuk melalui urea secara berlebihan.
Bambang menambahkan bahwa terdapat beberapa langkah yang dapat digunakan untuk meminimalisir serangan penyakit hawar pelepah.
“Pemilihan tipe tanaman tinggi, menggunakan benih unggul bersertifikat, memerhatikan sanitasi lingkungan persawahan, melakukan pemupukan dengan pupuk organik, khususnya kompos," tambah Bambang.
Kemudian mengatur sistem pengairan dapat menggunakan sistem parit keliling dengan penggenangan 1 kali seminggu.
Pengendalian penyakit hawar pelepah ini harus dilakukan secara terpadu agar tingkat keberhasilannya semakin tinggi.(adv/rerifaabdurahman).