Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

BRI Antar Keripik Singkong Matoh Rambah Pasar Ekspor dan Ramaikan Festival Pasar Tong-Tong Belanda

Berkat ikuti event BRI UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR, Keripik Singkong Matoh akhirnya bisa rambah pasar internasional.

Penulis: Fransisca Andeska Gladiaventa | Editor: Mikhael Gewati
Dok. BRI
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) berhasil membawa pelaku UMKM untuk go modern, go digital, dan go global dengan keikutsertaannya dalam festival Tong-Tong Fair, di Den Haag, Belanda, Senin (1/9/2022) hingga Senin (12/9/2022). 

TRIBUN-TIMUR.COM - Camilan sehat keripik singkong dengan brand Matoh asal Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim) sukses menjadi produk ekspor dan turut meramaikan Festival Tong-Tong di Belanda.

Sebagai informasi, Matoh adalah brand keripik singkong yang dibesarkan oleh PT Paretu Estu Guna. Matoh hadir dengan enam varian rasa, yaitu Keju, Original Soya, Manis Asin, Sambal Purut, Balado, dan Sea Salt.

Dua bulan lalu, Matoh juga baru saja merilis varian baru keripik dengan bahan dasar ubi rasa Cinnamon.

Factory Manager PT Paretu Estu Guna Muhammad Pujiono mengatakan, berdiri sejak 2013, Matoh merintis usaha dari mengubah gudang tembakau menjadi gudang tepung singkong gluten free.

Mendapatkan pasokan dari petani singkong di daerahnya, PT Paretu Estu Guna mencoba untuk membuat keripik singkong dengan tujuan meningkatkan nilai ekonomi dari tanaman pangan tersebut.

Muhammad Pujiono mengatakan, pengalaman jatuh bangun saat menjalankan usaha, mendorongnya untuk melakukan riset terhadap bibit singkong yang bagus sebagai bahan baku keripik.

Hingga pada 2013, PT Paretu Estu Guna mendapatkan varian bibit singkong yang cocok dari Kalimantan untuk diformulasikan menjadi makanan ringan.

“Kami membuat singkong dengan kualitas yang tinggi sebagai healthy snack dan hadirlah keripik singkong ini,” ujar Pujiono dalam keterangan persnya, Senin (12/9/2022).

Pujiono mengaku merasa terpanggil untuk memberdayakan petani di wilayah Bojonegoro. Pasalnya, banyak lahan pertanian di Bojonegoro yang mengalami gagal panen karena pengairan yang kurang.

Sementara itu, pertanian singkong perawatannya relatif mudah dan tidak memerlukan air yang banyak.

“Akhirnya kami berkolaborasi dengan beberapa petani, kami memberikan bibit yang kami ambil waktu panen. Jadi, keripik singkong dengan brand Matoh yang merupakan bahasa lokal Bojonegoro artinya bagus, sip, atau top. Gudang pun kami ubah dengan konsep food grade,” jelasnya.

Adapun dalam pemasaran Matoh, pihaknya menjalankan berbagai strategi. Salah satunya mengikuti Bank Rakyat Indonesia (BRI) usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) EXPO(RT) BRILIANPRENEUR, ajang untuk mendorong pelaku UMKM naik kelas dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI).

Pada ajang tersebut ia juga mendapat kesempatan untuk mengikuti Festival Tong-Tong di Negeri Kincir Angin, Belanda.

Lebih lanjut, ia mengatakan, Matoh sudah diekspor sejak 2019 setelah rutin mengikuti program pelatihan ekspor dari pemerintah. Porsi ekspor Matoh mencapai 65 persen dari total produksi.

“Di dalam negeri, orang yang makan healthy snack itu masih relatif rendah. Matoh tidak mengandung bahan pengawet, gluten free, tidak menggunakan pewarna, bumbu yang digunakan terbuat dari rempah khas Indonesia yang menerapkan penanaman secara organik. Jadinya, Matoh ini merupakan premium healthy snack yang enak tapi juga menyehatkan,” katanya.

Sayangnya, saat pandemi Covid-19 melanda, porsi penjualan menjadi terbalik, yaitu 65 persen untuk pasar lokal dan 35 persen untuk ekspor. Menurutnya, hal ini terjadi karena adanya lockdown di beberapa negara, sehingga proses pengiriman menjadi terbatas.

Kendati demikian, hal itu tak menyurutkan pihaknya untuk terus memperluas pasar ekspor. Rencananya, Matoh akan melakukan ekspansi ke kawasan Timur Tengah dan Afrika.

Di sisi lain, pihaknya akan memprioritaskan Belanda sebagai tujuan ekspor berikutnya. Sebab, Belanda dinilai memiliki pasar yang tinggi karena masyarakat Belanda lebih familiar dengan produk dan cita rasa Indonesia. Adapun saat ini, pasar terbesar Matoh di Tanah Air adalah Pulau Bali.

Dengan harga produk Matoh termurah berada di Rp 13.000, Pujiono mengatakan, produksi Matoh kini mencapai 25-30 ton atau sekitar 40.000-50.000 kemasan per bulan.

Dalam menjalankan usaha, pihaknya juga mempekerjakan sekitar 30 karyawan dan bekerja sama dengan sekitar delapan petani yang per orangnya mengelola ladang singkong 1,5 sampai dengan dua hektar (ha).

Konsisten edukasi UMKM Go Global

Beberapa produk UMKM Indonesia yang berhasil dipamerkan dalam festival Tong-Tong Fair, di Den Haag, Belanda, Senin (1/9/2022) hingga Senin (12/9/2022).
Beberapa produk UMKM Indonesia yang berhasil dipamerkan dalam festival Tong-Tong Fair, di Den Haag, Belanda, Senin (1/9/2022) hingga Senin (12/9/2022). (Dok. BRI)

Direktur Bisnis Kecil dan Menengah BRI Amam Sukriyanto mengatakan, BRI terus mengedukasi dan menyiapkan pelaku UMKM untuk mengembangkan pangsa pasarnya hingga ke mancanegara atau go global.

Amam mengatakan, BRI juga melakukan strategi business matching mempertemukan konsumen dari mancanegara dengan UMKM lokal. Strategi ini dapat dilihat dari gelaran BRI UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR, ajang tahunan BRI untuk mendorong pelaku UMKM binaan BRI go global.

Di tahun lalu, ajang tersebut mencatatkan transaksi business matching hingga 72,13 juta dollar Amerika Serikat (AS) atau melampaui target perseroan yang telah ditetapkan sebesar 65 juta dollar AS.

Adapun sebanyak 110 konsumen yang meramaikan ajang tersebut berasal dari 31 negara, termasuk Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, Timur tengah, hingga Australia.

"UMKM lokal memiliki potensi yang sangat besar dengan beragam keunikan serta produk yang disukai oleh berbagai konsumen dari berbagai negara. Untuk itu, kami mencoba berusaha mendampingi agar produk UMKM lokal ini memiliki kualitas terbaik dan selaras dengan kebutuhan pasar," katanya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA
    KOMENTAR

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved