Alumnus Universitas Al Azhar Kairo
Doktor Al Azhar Kairo asal Soppeng Sulawesi Selatan Wafat, KH Andi Aderus: Beliau Teladan di KKSS
Salah satu karya agung KH Muhammad Widus Sempo adalah risalahnya tentang Kitab Rasail Nur karya Badiuzzaman Said Nursi
Perbincangan dalam Rasail Nur umumnya mengikut keperluan terkini umat Islam ketika itu di bumi Turki Uthmani.
Oleh karena itu, setiap kali satu risalah dituntaskan penulisannya oleh Said Nursi, maka risalah itu langsung disambut baik oleh masyarakat Islam ketika itu yang haus kepada tulisan-tulisan agama yang dapat menyelamatkan keimanan mereka dari pengaruh sekularisme dan filsafat-filsafat yang menyeleweng.
Selain itu, terdapat juga bagian dalam Raasail Nur yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan murid Nursi sendiri ataupun dari masyarakat Turki. Rasail Nur juga mengandungi jawaban dan pembelaan Said Nursi di dalam mahkamah (pengadilan) yang menuduh Rasail Nur memprovokasi pemberontakan dan revolusi berdarah untuk menggulingkan pemerintahan Ataturk ketika itu.
Kemudian, bagian lain di dalam Rasail Nur juga datang dari bahasa hati Said Nursi yang meluap setelah menghabiskan waktunya berkontemplasi dan mentadabbur keajaiban penciptaan alam semesta baik di bukit, gunug, ataupun ketika berada di tepi danau. Oleh itu, membaca Rasail Nur mendekatkan pembaca kepada alam semesta dan cinta lingkungan.
Rasail Nur banyak menyentuh Asmaul Husna dengan gerak kerja yang luar biasa.
Melalui Rasail Nur, pembaca langsung diajak membaca dan menghayati manifestasi satu persatu nama-nama Allah di alam semesta ini. Pengisian seperti ini menjadikan hati -yang dahulunya kosong- kaya dengan nilai-nilai ketuhanan.
Sebagai contoh, pembaca dapat mengaitkan keindahan bulu-bulu burung merak, keserasian warna dan corak setiap bulu dan kesempurnaan penciptaannya dengan pelbagai nama Allah, seperti Al-Jamil (Allah Yang Maha Indah), Al-Jalil (Allah Yang Maha Mulia), Al-Hakim (Yang Maha Bijaksana) dan masih banyak lagi nama-Nya yang lain.
Oleh karena itu, pembaca dapat merasakan kepentingan keseimbangan kosmos ini yang bergantung kepada ekosistem makhluk hidup yang berkesinambungan. Hal ini kerana alam semesta merupakan wadah terindah manifestasi nama-nama Allah SWT.
Rasail Nur tidak mengenal udhtadhiyah (استاذية), walau Said Nursi sekalipun. Hal ini kerana Rasail Nur adalah guru. Meskipun Rasail Nur adalah karya Said Nursi, tetapi beliau banyak kali menegaskan bahwa beliau sendiri adalah murid kepada Rasail Nur karena beliau selalunya menemukan pengetahuan baru dan nilai keimanan setiap kali membaca Rasail Nur.
Oleh karena itu, ia menolak untuk dipanggil ustadz. Inilah metode dakwah yang diwarisi oleh para murid Nursi yang selalunya menjadikan Rasail Nur sebagai rujukan utama terhadap pelbagai masalah. Ketika seorang murid (wakif) Rasail Nur ditanya tentang suatu perkara, ia selalunya mengambil Rasail Nur sekiranya memungkinkan ketika itu dan membuka halaman yang menjelaskan tentang perkara tersebut (Said Nursi, 1995: 7/135).
Membaca Rasail Nur, khusunya bagian yang bersentuhan langsung dengan masalah tauhid dan kebangkitan fizikal memberi nafas baru terhadap iman, seakan-akan iman kita mengalami perubahan yang signifikan menuju fasa yang lebih baik berbanding hari-hari sebelumnya (tajdid iman).
Hal itu karena akal, hati, jiwa, nafsu dan ruh serta laṭīfah (perangkat halus yang dibekalkan dalam diri manusia seperti deria rasa dan bau) seakan-akan menyatu dan bersinerji dalam menyambut penjelasan Said Nuris berkaitan hakikat iman dan tauhid. Semuanya mendapat bagian dan kepuasan masing-masing.
Walaupun Rasail Nur bukan buku sejarah, tetapi sejarah kerajaan Turki Uthmani di ambang kehancuran hingga terbentuknya Republik Turki pada zaman Ataturk dapat dicerna secara tersirat dan tersurat.
Oleh itu, orang yang mengetahui banyak sejarah panjang umat Islam di Turki mudah mengikuti alur perbincangan Rasail Nur, seakan-akan Rasail Nur adalah ringkasan sejarah umat Islam di ambang kejatuhan kerajan Turki Uthmani.
Penguasaan Said Nursi bukan hanya tertumpu kepada ilmu-ilmu agama, tetapi Said Nuris juga menguasai sains.