Citizen Reporter
PSM Adalah Jiwa
PSM tak tertahankan menjadi buah bibir media dan analis bola sejagat ASEAN dan Asia.
Penulis: CitizenReporter | Editor: Hasriyani Latif
Citizen Reporter
Nasrullah Mappatang, Penggemar Bola/Tinggal di Kuala Lumpur/Alumnus FIB Unhas
Melaporkan dari Kuala Lumpur
TINGGAL menghitung hari PSM akan mencatat sejarah baru di dunia persepakbolaan tanah air.
Untuk pertama kalinya klub asal Indonesia melaju ke babak final zona Asia Tenggara di turnamen AFC Cup. Turnamen antarklub sepakbola se-Asia.
PSM Makassar dijadwalkan akan dijamu Kuala Lumpur City FC di kandangnya, Stadium Bola Sepak, Cheras, Kuala Lumpur pada Rabu (24/8/2022) malam.
Di Stadion kebanggaan masyarakat Kuala Lumpur itu, daya juang Pasukan Ramang, akan diuji.
Di jagat Maya, para penggemar bola tanah air, khususnya penggemar PSM Makassar, sudah ramai dan tak sabar menunggu hari bersejarah itu.
Terutama fans PSM yang berdomisili di Kuala Lumpur dan beberapa negeri di Malaysia.
Pasca memenangi laga semifinal kontra Kedah FC di Bali beberapa waktu lalu, PSM tak tertahankan menjadi buah bibir media dan analis bola sejagat ASEAN dan Asia.
PSM disebut - sebut pengamat bola di acara Astro TV Malaysia sebagai tim yang paling disegani di helatan ini.
Terbukti, PSM Makassar, kata mereka, mampu menjadi juara Grup kala bertanding kontra KL City dan Tempines Rovers beberapa bulan lalu di kandang KL City FC dengan menahan imbang tuan rumah lalu mengalahkan wakil Singapura.
Setelah itu Kedah FC pun bertekuk lutut dibiatnya di semi final.
Publik penggila bola se-ASEAN pun jadi bertanya - tanya, klub dari mana ini PSM Makassar? Dan, dimana itu Makassar? Apa kelebihan kota ini sampai - sampai wakil Singapura dan Malaysia dilibasnya tanpa ampun? Maklum, Makassar bukanlah Jakarta dan Bali yang dikenal ramai oleh masyarakat internasional.
Apalagi jika di final nanti PSM mampu menumbangkan The City Boys, julukan KL City FC, jagat bola Asia pun sudah pasti akan semakin bertanya- tanya.
Kalau sudah begitu, PSM dan Makassar mesti bersiap untuk semakin dipandang oleh mata internasional.
Bagi pembaca sejarah, Makassar sebagai “Raja Asia”, sebagai ibukota perdagangan Asia di masa silam pascajatuhnya Melaka di abad XVI, bukanlah hal baru.
Makassar sudah mendunia jauh sebelum Singapura didirikan menjadi kota pelabuhan dagang.