Opini Muh Imran Tahir
Pemetaan Bahaya Tsunami untuk Membangun Budaya Sadar Bencana
Pulau Sulawesi juga wilayah yang rawan akan kejadian tsunami baik yang bersumber dari subduksi lempeng dan sesar di Pulau Sulawesi sendiri.
Karakteristik tsunami selat Sunda bisa dikatakan tsunami senyap karena tidak didahului gempa bumi kuat di laut yang getarannya dapat dirasakan masyarakat sekitar,namun justru pada saat sebelum tsunami masyarakat tidak merasakan getaran karena sumber pembangkit tsunami tidak berasal dari gembumi tektonik di laut namun diakibatkan oleh erupsi gunung anak Krakatau.
Berangkat dari kenyataan dan sejarah tsunami tersebut maka mempersiapkan Peta bahaya tsunami di wilayah yang rawan terdampak gelombang tsunami khususnya di daerah pesisir sudah sepatutnya menjadi prioritas dalam upaya mitigasi bencana yang sistematis dan berkelanjutan.
Peta Bahaya tsunami yang dikeluarkan BMKG pada prinsipnya merupakan upaya yang konkrit untuk bersama-sama dengan Pemerintah Daerah dalam membangun budaya siaga dan sadar bencana tsunami.
Kesiapsiagaan terhadap potensi bahaya tsunami merupakan tanggungjawab bersama baik BMKG, BNPB, Pemerintah Daerah, Komunitas Masyarakat, Pelaku Usaha dan yang lainnya.
Kedepan BMKG bekersama dengan BPBD di tiap daerah selanjutnya akan memasang rambu-rambu dan jalur evakuasi tsunami sehingga memudahkan proses evakuasi jika seandainya bencana tsunami terjadi.
Survei dan pemetaan bahaya tsunami bukan bermaksud untuk memberikan informasi yang menakutkan di tengah masyarakat sehingga menimbulkan polemik dan tersebarnya informasi yang menyesatkan, namun kajian peta bahaya tsunami dimaksudkan untuk memberikan informasi terkait potensi ketinggian maksimum gelombang tsunami dengan menerapkan skenario terburuk dari sumber pembangkit tsunami di sekitar wilayah masing-masing.
Dengan mengetahui potensi ketinggian tsunami dan mengenali karakteristik wilayah masing masing, diharapkan Pemerintah Daerah dapat membuat rencana Tata Ruang dan Willayah (RTRW) dengan memperhitungkan potensi kerusakan akibat gelombang tsunami. Disamping itu melalui edukasi dan simulasi yang berkelanjutan dengan menerapkan skala prioritas, diharapkan jumlah korban akibat bencana tsunami dapat diminimalisir.(*)