Mengenal Filosofi Tau dan Sipakatau oleh Budayawan Muhammad Haris Basri Karaeng Lewa
Acara ini juga merupakan rangkaian acara Sipakatau, Gotong Royong Pekan Gerakan Kebudayaan dari Sulawesi Selatan.
Penulis: Rudi Salam | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Tribun Timur menghadirkan program Teras Budaya, Kamis (4/8/2022).
Program ini disiarkan secara langsung melalui YouTube dan Facebook Tribun Timur.
Acara ini juga merupakan rangkaian acara Sipakatau, Gotong Royong Pekan Gerakan Kebudayaan dari Sulawesi Selatan.
Di seri pertama ini, Teras Budaya mengangkat tema “Tau dan Sipakatau”.
Hadir sebagai narasumber Ketua Dewan Pendiri dan Pembina Lembaga Adat Tojeng KaraengTa Data, Muhammad Haris Basri Karaeng Lewa.
Dipandu oleh Halilintar Latif, Muhammad Haris Basri Karaeng Lewa membahas tentang masalah budaya, utamanya sipakatau.
Haris Basri Karaeng Lewa menjelaskan, tau yang dimaksud sesungguhnya di dalam manusia merupakan hakikat penentu kemanusiaan itu sendiri.
“Jika kita tidak memahami itu, akan susah. Dalam kalimat sipakatau, ada tiga kata. Sipa artinya karakter, ka artinya katte, tau artinya tahu. Karakter kita semua,” jelasnya.
Menurut Haris Basri, jika semua manusia mengetahui tau, makan manusia akan manusiakan sesamanya.
Hal itu pun berdampak baik, karena tidak akan lagi ada permasalahan dan tidak ada konflik.
“Tidak berbicara bangsa, etnis, tidak bicara golongan dan komunitas. Semua ego kita kesampingkan jika kita ingin mewujudkan sipakatau itu sendiri,” sambungnya.
Haris Basri juga memberikan contoh implementasi sipakatau. Di mana seseorang yang terlambat datang di suatu acara.
Kemudian orang tersebut langsung duduk mengambil tempat orang lain.
Menurutnya, seseorang harus tahu menposisikan dirinya, jika terlambat jangan mengambil tempat orang lain.
“Kalau kita tahu, kita terlambat ya sudahlah tahu diri, jangan memaksakan diri mengambil tempat orang, singkirkan ego untuk mencapai sipakatau. Jangan bicara tau, kalau belum mengetahui tau sesungguhnya,” jelasnya.
