Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Angka Kematian Ibu dan Anak di Bulukumba Kembali Bertambah, Dinkes Bakal Lakukan Hal Ini

Ia meninggal dunia diduga karena keracunan kehamilan atau tekanan darah tinggi saat proses persalinan.

Penulis: Firki Arisandi | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM/FIRKI ARISANDI
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Bulukumba, Umrah Aswani.   

TRIBUNBULUKUMBA.COM, UJUNG BULU - Kasus kematian saat bersalin kembali terjadi di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Kali ini menimpa salah seorang pasien dari Bontobangun.

Ia meninggal dunia diduga karena keracunan kehamilan atau tekanan darah tinggi saat proses persalinan.

Belum ada data lengkap terkait identitas dari pasien itu.

Namun, kasus tersebut menunjukkan bahwa angka kematian ibu dan anak dalam proses persalinan masih cukup tinggi di Kabupaten Bulukumba.

Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Bulukumba menunjukkan, sejak Januari 2022 hingga 19 Juli 2022, sudah terdapat 7 kasus kematian ibu. 

Sementara kematian anak sebanyak 37 kasus. 

Begitu juga di tahun 2021, terdapat 10 kasus kematian ibu dan 48 kasus kematian anak dalam proses persalinan.


Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Bulukumba, Umrah Aswani, mengatakan, kasus kematian ibu di Kabupaten Bulukumba rata-rata disebabkan oleh eklampsia atau tekanan darah tinggi. 


Dan juga pendarahan saat atau pasca melahirkan.


"Eklampsia ini adanya kelainan darah ini susah diprediksi, olehnya saat hamil ibu mesti diberikan gizi yang baik," kata Umrah, Selasa (19/7/2022).


Sementara untuk kasus kematian anak terdapat beberapa faktor.


Yang paling umum terjadi karena gagal nafas dan berat bayi lahir rendah (BBLR).


Sama halnya dengan faktor kematian ibu, pada kasus kematian anak juga disebabkan oleh kurangnya nutrisi pada saat bayi masih dalam kandungan, atau juga memang terdapat kelainan genetik.


Umrah tidak memungkiri masih tingginya kasus kematian anak dan ibu di Kabupaten Bulukumba.


Menurutnya persoalan tersebut mesti di atas secara multi sektoral. 


Tidak hanya tugas pemerintah daerah namun juga mesti dibarengi dengan partisipasi aktif masyarakat.


Khusus di Dinas Kesehatan telah melakukan program pemenuhan gizi bagi ibu hamil, tidak hanya itu bahkan pendampingan calon ibu sejak dini yakni di usia remaja juga mulai dilakukan.


"Jadi tiap minggu itu ada pembagian vitamin darah ke remaja putri di tiap sekolah," katanya.


Selain itu, di tiap desa dan kelurahan juga telah ditempatkan bidan, harapannya agar masyarakat khususnya ibu hamil dapat memeriksa kehamilannya secara berkala.


Umrah juga meminta peran aktif dari pihak keluarga dalam mendampingi ibu hamil, termasuk menyiapkan pendonor darah minimal empat orang sebelum tiba masa persalinan.


"Perlu dipahami stok darah yang ada di RS itu bukan cuma untuk persalinan, tetapi juga ada penanganan lain yang butuh darah," ujarnya. (TribunBulukumba.com) 

 


Laporan Wartawan Tribun Timur, Firki Arisandi

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved