Resonansi Tribun Timur
Kolom Hasymi Ibrahim : Cancel Culture
seorang pesohor di media sosial tiba-tiba membuat pernyataan rasis, maka publik dapat melakukan tindakan cancel culture.
Misalnya, seorang pesohor di media sosial tiba-tiba membuat pernyataan rasis, maka publik dapat melakukan tindakan cancel culture.
Di ranah media sosial hal ini amat gampang dilakukan yaitu hanya dengan tindakan unfollow, blokir, abaikan.
Tindakan ini bila dilakukan secara masif tentu akan punya pengaruh besar terhadap sang pesohor yang akan kehilangan pengikut atau pemirsa.
*
Gejala-gejala perilaku digital seperti ini, pada masa yang akan datang akan makin kukuh.
Bahkan pada peristiwa-peristiwa publik tertentu, seruan untuk cancel culture makin ramai dilakukan. Hal ini tentu bisa dipandang menggembirakan pada satu pihak, tetapi juga tidak mudah dilakukan pada pihak lain.
Secara konvensional kita pasti pernah mendengar seruan untuk boikot sebagai ekspresi perlawanan. Kita diminta ikut serta memboikot produk atau bahkan individu tertentu. Ada yang efektif bahkan bisa mengubah kebijakan negara, tetapi lebih banyak yang berlalu begitu saja.
Dalam hal cancel culture di dunia digital, tentu hal ini juga masih harus dibuktikan efektivitasnya. Bisa jadi, pada masa depan, hal ini akan menjadi salah satu alat perjuangan untuk memenangkan pertarungan wacana.
Atau akan bertransformasi pada bentuk-bentuk perlawanan dan penyeimbang baru bagi dominasi dan kuasa.
Mungkin saatnya dicoba. ***