BBM
Pertamax Naik Tapi Jokowi Klaim BBM Indonesia Jauh Lebih Murah Karena Pemerintah Bisa Menahan
Pemerintah hingga kini masih berupaya keras menahan supaya harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite tidak naik dari angka Rp 7.650 per liter
TRIBUN-TIMUR.COM - Harga Bahan Bakar Minyak atau BBM di Indonesia diklaim Presiden Joko Widodo jauh lebih murah.
Menurut Jokowi harga BBM bisa lebih murah lantaran Pemerintah mampu menahan kenaikan.
Padahal sebelumnya Pemerintah sudah menaikan harga BBM nonsubsidi, Pertamax.
Namun untuk Pertalite saat ini harganya masih di angka yang sama pada periode sebelumnya.
Dilansir dari kompas.com, Presiden Joko Widodo mengatakan, pemerintah hingga kini masih berupaya keras menahan supaya harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite tidak naik dari angka Rp 7.650 per liter.
Baca juga: Tarif Listrik Juga Segera Naik Susul Harga BBM dan Minyak Goreng, Daftar Tarif Listrik Terbaru 2022
Baca juga: Update Harga BBM Seluruh Daerah per 18 Mei 2022: Pertalite, Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite

Menurut dia, harga BBM di Indonesia masih jauh lebih murah dibandingkan dengan negara-negara lainnya.
"Di Singapura sekarang harga BBM sudah 32.000, Jerman sudah diangka 31.000, Thailand 20.000, kita ini Pertalite masih 7.650, sekali lagi Rp 7.650. Pertamax 12.500. Yang lain (harganya) sudah jauh sekali," kata Jokowi dalam acara Aksi Afirmasi Bangga Buatan Indonesia di Jakarta Convention Center (JCC), Selasa (24/5/2022).
Jokowi menyampaikan, harga bensin di Indonesia masih relatif rendah lantaran pemerintah terus menerus menahan kenaikan.
Upaya ini disebut Jokowi tidak mudah karena di saat bersamaan subsidi energi dari APBN yang harus ditanggung pemerintah jumlahnya juga semakin besar.
"Kapan kita bisa menahan, sampai kapan kita bisa menahan ini, ini pekerjaan kita bersama-sama," ucap Jokowi.
"Sehingga saya minta kementerian/lembaga, pemerintah daerah, sekali lagi memiliki sense yang sama. Berat, menahan harga seperti itu berat," tuturnya.
Di sektor energi, Jokowi menyebut, pemerintah juga menahan kenaikan harga gas dan listrik.
Di luar itu, harga pangan juga berupaya untuk ditahan.
Beras misalnya, di Indonesia harganya masih Rp 10.700 per kilogram.
Angka ini diklaim jauh lebih murah dibandingkan negara-negara lain yang sudah naik 30-40 persen, bahkan melewati angka 60 persen.