Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Literasi Ulama

Haul ke-9 AGH Muh Harisah Abduh Shafa

Pada Jumat, 20 Mei 2022 ini, genap 9 tahun wafatnya Allahuyarham Anregurutta Haji (AGH) Muhammad Harisah bin Abduh Shafa (1947-2013).

Editor: Sudirman
tribun-timur
Dekan FDK UIN, Dr.Firdaus Muhammad. 

Oleh: Firdaus Muhammad

Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar

Pada Jumat, 20 Mei 2022 ini, genap 9 tahun wafatnya Allahuyarham Anregurutta Haji (AGH) Muhammad Harisah bin Abduh Shafa (1947-2013).

Keluarga Besar Pesantren An-Nahdlah Makassar menggelar puncak acara haul ke-9 AGH Muh Harisah AS Bin Abduh Shafa pada Ahad, 22 Mei 2022 di Gedung Balai Manunggal.

Acara itu juga dirangkaikan dengan penaikan kelas dan penamatan alumni (takhrij talabat) Pesantren An-Nahdlah.

Sejumlah ulama diagendakan hadir yakni; AGH Dr Baharuddin HS, Ketua MUI Makassar, dan AGH Prof Najamuddin Abd Shafa, Ketua MUI Sulsel, keduanya merupakan adik kandung AGH Muh Harisah AS.

Selain itu turut hadir AGH Sayyid Abd Rahim Puang Makka dan turut mengundang, AGH Afifuddin Harisah selaku pimpinan Pesantren An-Nahdlah yang juga putra tertua AGH Muh Harisah AS.

Haul digelar untuk mengenang nilai-nilai keteladanan beliau. Diantaranya, AGH Muh Harisah AS memiliki kepedulian soal literasi.

Beliau berwasiat, “Menulislah, karena menulis itu pekerjaan ulama”, dan “Menulislah atau Engkau ditulis”, demikian pesan beliau.

AGH Muhammad Harisah bin Abduh Shafa Pendiri Pondok Pesantren An-Nahdlah Makassar, sekaligus pimpinan hingga wafat. Beliau dilahirkan di Bone 1947 dan wafat di Makassar, 20 Mei 2013.

Beliau sosok ulama kharismatik tidak mengumbar perkataan atau bersikap reaktif melainkan memikirkan mendalam tentang sesuatu kemudian berbicara seperlunya, namun yang disampaikannya berupa jawaban, hikmah, atau nasehat yang solutif.

Ikhtiarnya mendirikan pesantren di pusat perkotaan bukan tanpa alasan.

Pesantren An-Nahdlah didirikan beliau sebagai benteng aswaja, menyelamatkan generasi muda dengan menanamkan nilai-nilai keagmaan.

Beliau istiqamah memelihara tradisi pesantren berupa pengajian kitab kuning di tengah dinamika perkotaan Makassar sebagai kota metropolis.

Pesantren ini secara sosiologis menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sebab santri berbaur, tanpa pagar atau pembatas.

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved