Cerita Station Manager Smart FM Silvana Dunggio, Anak Introvert yang Jadi Penyiar Radio
Namun, selama menjadi penyiar, Silvana bisa mengimbangi sifat introvertnya dengan passionnya tersebut.
Penulis: Nining Angraeni | Editor: Waode Nurmin
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Station Manager Smart FM, Silvana Dunggio bercerita awal mula ia menjadi seorang penyiar radio.
Sebelum menjadi penyiar, ia sempat berkarir di beberapa perusahaan. Bahkan sampai posisi menjadi sekretaris.
Silvana menuturkan dari dulu memang ia iri dan merasa tertantang ketika mendengar penyiar-penyiar di radio.
"Orang-orang bilang kalau masuk radio itu karena terjebak. Tapi, kalau saya tidak. Saya memang passionnya di sini," kata Silvana di Ngobrol Spesial HUT ke-26 Smart FM
Diakuinya, kalau ia memiliki sifat Introvert.
"Saya ini orangnya introvert. Bisa dibilang tertutup karena berpengaruh dari latar belakang keluarga yang kurang berinteraksi," ucapnya.
Namun, selama menjadi penyiar, Silvana bisa mengimbangi sifat introvertnya dengan passionnya tersebut.
"Karena kan ngomong di radio itu bukan hal yang gampang. Kita harus mengekspresikan, berbicara kepada telinga. Ibaratnya, bagaimana telinga pendengar ini bisa berimajinasi," tuturnya.
Berbagai suka duka telah dilewati Silvana selama 20 tahun menjadi penyiar.
Pengalaman siaran berjam-jam, biasanya membutuhkan pikiran dan tenaga ekstra.
Karena ia harus menyiapkan pembahasan supaya pendengar tidak merasa bosan mendengarnya.
"Di radio itu, membuat kita lebih pintar dan cepat berpikir," katanya.
Perjalanan 20 tahun Silvana sebagai penyiar bukan hal biasa.
Menurutnya, ia setiap hari bertemu dengan orang-orang baru dan hebat.
Selain itu bisa bertukar ilmu, mempererat silaturahmi dan membangun chemistry dengan narasumber.
"Itu hal bermanfaat bagi saya pribadi. Karena meningkatkan kualitas saya sebagai penyiar," ujarnya.
Diakuinya, sebagai penyiar ia harus menyiapkan skrip dengan matang sebelum bertemu dengan narasumber.
"Posisi saya pertama kali masuk itu menjadi interviewer. Beberapa kali itu, ketika wawancara, kadang-kadang ada narasumber yang kalau ditanya jawabnya singkat. Nah, untuk menghadapi seperti itu, kita harus riset dulu," bebernya.
Biasanya, sebelum mewawancara narasumber, Silvana terlebih dahulu mengumpulkan informasi terkait latar belakang narasumbernya tersebut.
"Semisal hal-hal yang mereka sukai, kebiasaan dan hal-hal yang tidak disukai narasumber. Nah, itu penting," tuturnya.
Ketika menjadi penyiar, Silvana juga dituntut untuk menentukan goals saat interview narasumber.
"Ketika melakukan interview harus menentukan goals. Arahnya mau kemana. Supaya saat narasumber ditanya, jawabannya gak kemana-mana," imbuhnya.
Dia juga belajar mengatur emosi saat tampil menjadi penyiar.
"Emosi yang dibangun itu penting untuk keberlangsungan siaran. Meskipun sejatinya kita lagi sedih, kalau sudah di depan mic itu, kita harus tampilkan ke pendengar kalau kita tidak sedang punya masalah," terangnya.
Laporan jurnalis Nining Angreani.