Waspada! Virus Penyakit Mulut dan Kuku Sapi ‘Menyebar’ Jelang Iduladha
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) tetiba menohok di tengah semakin melandainya virus Covid-19.
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) tetiba menohok di tengah semakin melandainya virus Covid-19.
Pemerintah mengingatkan masyarakat waspada pada virus PMK, apalagi jelang Iduladha.
Virus PMK menyerang sapi, kambing, dan hewan yang biasanya dijadikan kurban oleh umat Islam di bulan Zulhijjah, Juli 2022.
Pemerintah sedang berjuang menghadirkan vaksin nasional untuk virus PMK.
Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unhas mengingatkan pemerintah agar memberikan edukasi dan pendampingan kepada masyarakat terkait virus PMK tersebut.
“Itu wilayahnya (fakultas) peternakan. Tapi prinsip utamanya, pemerintah menjaga kesehatan rakyat. Jangan membebani, jangan menakut-nakuti masyarakat. Jangan jadikan virus PMK ini sebagai momok baru bagi masyarakat,” kata Dekan FKM Unhas, Dr Aminuddin Syam, Senin (16/5/2022).
Penyakit mulut dan kuku menyerang 1.247 sapi di Gresik, Lamongan, Sidoarjo, dan Mojokerto.
Kasus pertama dilaporkan di Gresik pada 28 April 2022. Saat itu, terdapat penyakit mulut dan kuku dilaporkan di 22 desa dalam lima kecamatan.
Pemerintah Indonesia diminta mewaspadai kemunculan kembali penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak. Bahkan kasus mulai merebak di Aceh dan Jawa Timur.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, terdapat dua daerah yang dilanda penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak.
Dua daerah itu ialah dua kabupaten di Provinsi Aceh yakni Kabupaten Aceh Tamiang dan Kabupaten Aceh Timur.
Syahrul menerangkan, terdapat sejumlah langkah penanganan yang akan dilakukan.
Diantaranya menentukan stereotipe untuk menentukan bentuk intervensi vaksin yang dibutuhkan. Ia menyebut Kementan telah menemukan stereotipe dan akan menghadirkan vaksin dalam waktu dekat.
“Kami berterima kasih pada pemerintah, khususnya menteri pertanian, yang telah mengeluarkan peringatan dini. Pemantauan terhadap binatang harus terus dilakukan tiga bulan sebelum pemotongan hewan kurban. Harus didata semua, harus ditahu kondisi,” jelas Aminuddin Syam.
Menurutnya, virus butuh kehidupan, kita juga butuh kehidupan. Yang dibutuhksn keselarasan.