VIDEO: Kondisi Kampung Ratte Sudah Zona Merah, Tanah Bergerak dan Retak Sepanjang 2 Kilometer
"Kira-kira retakannya saat ini sudah 2 kilometer panjangnya. Baru setiap hari ada retakan baru yang muncul," bebernya.
Penulis: Nining Angraeni | Editor: Waode Nurmin
TRIBUNPINRANG.COM, PINRANG - Sebanyak 20 KK di Kampung Ratte, Dusun Ratte Poton, Desa Suppirang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang, mengungsi akibat tanah bergerak disertai retakan.
Retakan tanah juga sudah sampai di kolong rumah panggung warga.
Kendati demikian, masih ada beberapa warga yang belum mengungsi.
Padahal kondisi retakan tanah sudah mencapai 2 kilometer dan lebar 10 hingga 30 cm.
Selain rumah warga, retakan tanah juga sudah sampai ke sekolah.
Salah satu warga, Gerald, mengatakan kondisi ini sudah terjadi kurang lebih dua minggu.
"Kami di sini was-was. Sudah banyak warga yang meninggalkan rumah dan mengungsi di kebun atau rumah keluarga," katanya.
Apalagi, katanya, setiap hari muncul retakan yang baru.
"Kira-kira retakannya saat ini sudah 2 kilometer panjangnya. Baru setiap hari ada retakan baru yang muncul," bebernya.
Lebih lanjut, dia bercerita, jika warga yang mengungsi di kebun membutuhkan bantuan seperti pengadaan tempat pengungsian yang layak dan aman.
"Di kebun itu kan cuma rumah-rumah untuk berteduh saja. Jadi kami harap ada bantuan seperti tenda untuk mengungsi sementara waktu," tuturnya.
Sementara itu, Camat Lembang, Muhammad Yusuf mengatakan pihaknya telah ke lokasi dan memberikan imbauan kepada warga yang belum mengungsi.
"Kondisinya sudah parah. Sudah zona merah. Jadi kita sementara lakukan evakuasi karena takutnya ada longsor," ucapnya.
Dikatakan, pergerakan tanah ini dikarenakan intensitas hujan cukup tinggi beberapa hari ini.
"Beruntungnya tidak ada korban jiwa," ujarnya.
Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Bupati Pinrang, Dinas Sosial dan BPBD Pinrang terkait hal ini.
"Informasi ini juga baru kita dapat. Sehingga saya langsung turun ke lokasi. Dan sudah saya sampaikan ke Bupati, Dinsos dan BPBD untuk memberikan bantuan tenda dan logistik," imbuhnya.
Laporan jurnalis Nining Angreani