Kelakuan Militer Rusia Saat Bertemu Wanita Ukraina Terbongkar, Inggris Kirim Orang Untuk Lakukan Ini
Sudah 65 hari lebih, Rusia dan Ukraina berperang. Meski begitu, belum ada tanda-tanda Presiden Rusia, Vladimir Putin akhiri perang.
TRIBUN-TIMUR.COM - Tentara Rusia kini memiliki tujuan lain, selain hancurkan Ukraina.
Sudah 65 hari lebih, Rusia dan Ukraina berperang. Meski begitu, belum ada tanda-tanda Presiden Rusia, Vladimir Putin akhiri perang.
Meski begitu, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky juga tak mau menyerah.
Zelensky makin percaya diri dengan adanya bantuan senjata negara-negara sekutu, termasuk Amerika Serikat.
Di tengah invasi tersebut, militer Rusia makin meresahkan gadis-gadis hingga wanita bersuami di Ukraina.
Pasalnya, militer Rusia tak segan-segan menjadikan wanita Ukraina sebagai pelampiasan nafsu birahinya.
Bahkan militer Rusia tersebut sudah dizinkan istrinya untuk menodai wanita-wanita di Ukraina.
Sejumlah wanita pun dibuat tak berdaya oleh kelakukan tentara Rusia tersebut.
Maraknya aksi pelampiasan nafsu bejat di Ukraina membuat Inggris turun tangan.

Inggris mengirim penyelidik ke Ukraina untuk membantu mengumpulkan bukti kejahatan perang, termasuk kekerasan seksual.
Jaksa Ukraina dan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah memulai menyelidiki potensi kejahatan perang di Ukraina sejak invasi Rusia 24 Februari.
Perang itu yang disebut Kremlin sebagai 'operasi militer khusus' untuk mendemiliterisasi negara itu.
Moskwa sendiri telah membantah melakukan kejahatan perang di Ukraina atau menargetkan warga sipil selama perang.
Ia juga membantah telah menewaskan ribuan orang, menghancurkan banyak kota, dan memaksa 5 juta orang yang kebanyakan wanita dan anak-anak untuk melarikan diri ke luar negeri.
Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengatakan pada Jumat (29/4/2022), tim Inggris akan berangkat ke Ukraina pada Mei ini.
Mereka ditugaskan khusus pada penyelidikan pemerkosaan sebagai kemungkinan kejahatan perang.
"Itu dilakukan untuk menundukkan perempuan dan menghancurkan komunitas dan kami ingin menghentikannya," katanya, dilansir dari Reuters.
"Ini tentang mengumpulkan berbagai bukti, pernyataan saksi, bukti forensik, dan bukti video," katanya di luar gedung pengadilan di Den Haag.
Secara terpisah, Truss telah bertemu dengan mitranya dari Belanda Wopke Hoekstra untuk membahas perlunya sanksi lebih lanjut terhadap Rusia, termasuk penghentian pembelian bahan bakar fosil Rusia.
Kedua sekutu NATO tersebut telah sangat dekat dengan kebijakan Ukraina, dengan keduanya mendukung pasokan persenjataan berat untuk upaya perangnya.
Truss mengatakan Inggris mendukung penuntutan para pemimpin Rusia atas kejahatan perang agresi -sebuah pertanyaan pelik di bawah hukum internasional.
ICC memiliki yurisdiksi atas kejahatan perang yang dilakukan di tanah Ukraina, termasuk oleh tentara Rusia, tetapi tidak dapat mengajukan tuntutan agresi karena Rusia bukan anggota pengadilan. (*/)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com