Pelantikan Rektor Unhas
Komjen Purn Syafruddin Gagal Jadi Mahasiswa Unhas tapi Bisa Lantik Rektor, Bukti Ajaibnya Doa Ibu
Pelantikan Rektor Unhas Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa Msc (55) adalah momen pembuktian keyakinan Komjen Purn Syafruddin.
Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Edi Sumardi
"Prosesnya sudah setengah jalan di UI saat saya ketemu Bu Rektor (Unhas) di Istana Wapres," kenang Syafruddin.
• Kenapa Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa Dilantik Jenderal Polisi, Bukan Menteri? Sejarah Baru
Sekadar diketahui Wapres Jusuf Kalla, secara ex officio sebagai Ketua Ikatan Alumni (IKA) Unhas juga menjabat sebagai ketua MWA Unhas.
Mendengar rencana Syafruddin jadi MWA UI, Jusuf Kalla pun angkat bicara.
"Sudahlah, kamu Syafruddin di Unhas saja. Jangan urus Jakarta urus nasional saja terus. Sekali-kali kamu urus kampung halaman. Masak di Jawa terus. Kau jarang ke Makassar, biar selalu pulang ke Makassar Juga."
Karena menanganggap JK sebagai senior dan orangtua, Syafruddin pun memutuskan menerima tawaran jadi MWA di Unhas.
"Prosesnya cepat, gaya Pak JK. Setelah minta maaf ke Rektor UI, kita uruslah di Unhas."
Guna mempercepat proses penentuan MWA itu, beberapa pekan kemudian, penetuan MWA Unhas rampung.
Lagi-lagi mengadaptasi manajemen dan kebijakan ala JK; lebih cepat lebih baik.
"Jadi saya itu dikukuhkan jadi ketua MWA Unhas periode 2018-2023 bukan di kampus tapi di Istana Wapres di Jakarta. Ini sejarah juga," kenang Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) itu.
Bahkan, bukan hanya ketua MWA Unhas, sejak tahun 2020 lalu, Syafruddin juga terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Forum MWA Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH) se-Indonesia.
Di jabatan ini, Wakapolri (2016-2018) ini justru mengkonsolidasi 15 Majelis Wali Amanat kampus berstatuta PTNBH di Indonesia.
Ini termasuk Univeritas Indonesia, UGM Yogyakarta, IPB di Bogor, ITB, ITS, Unpad, Unair, Undip, USU, UNS Solo, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Andalas, Universitas Brawijaya, dan Universitas Negeri Malang.
Bagi Syafruddin sendiri, ketidaklulusannya di Unhas, bukan berarti doa ibunya tak terkabul.
"Saya yakin sekali Itu doa ibu inilah momentumnya dan tujuan hakikinya," ujarnya.
Syafruddin menyebut dia bisa jadi pendidik dengan cara berbeda.
Ia harus daftar Akabri Polisi dulu, jadi menteri, dan mengabdi di dewan masjid.
"Tentang mengurus masjid, nenek saya dulu selalu mendoakan saya jadi Imam masjid, eh belakangan saya juga mengurus masjid, imamnya, takmir dan remaja masjidnya di DMI."(*)
Baca berita terbaru dan menarik lainnya dari Tribun-Timur.com via Google News atau Google Berita.