Pelantikan Rektor Unhas
Komjen Purn Syafruddin Gagal Jadi Mahasiswa Unhas tapi Bisa Lantik Rektor, Bukti Ajaibnya Doa Ibu
Pelantikan Rektor Unhas Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa Msc (55) adalah momen pembuktian keyakinan Komjen Purn Syafruddin.
Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Edi Sumardi
TRIBUN-TIMUR.COM - Jangan remehkan doa ibu.
Mantan Wakapolri, Komjen Pol (Purn) Syafruddin Kambo (59) meyakini sekali mustajabnya doa orangtua.
Baginya, seremoni pelantikan Rektor Universitas Hasanuddin ( Unhas ) periode 2022-2016, Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa Msc (55) adalah momen pembuktian keyakinan itu.
Dalam kapasitas sebagai Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Unhas, Rabu (27/4/2022) pagi, Syafruddin melantik rektor ke-13 kampus negeri terbesar di timur Indonesia itu.
Inilah kali pertama orang nomor satu di Unhas setelah Prof Mr AG Pringgidogdo (1956-1957) tak dilantik oleh menteri pendidikan, sejak jadi rektor pertama 66 tahun silam.
Statuta Unhas sebagai perguruan tinggi negeri berbadan hukum (PRNBH) memang mensyaratkan model penyumpahan "bersejarah" itu.
Syafruddin sendiri mengakui momen bersejarah itu adalah deus de machinna (mesin takdir Tuhan).
"Tahun 2018 itu, sejatinya saya sudah direkomendir menjadi anggota Majelis Wali Amanat UI ( Universitas Indonesia ) mewakili unsur masyarakat," ujar Syafruddin memulai kisah takdir itu, Rabu (27/4/2022).
• Komjen Purn Syafruddin Kambo Tak Lulus Masuk Unhas Tapi Lantik Rektor Unhas
Rekomendasi itu langsung dari Rektor UI Prof Dr Ir M Anis M Met (2013-2019).
"Saya ingat momennya saya diundang jadi pembicara di seminar reformasi birokrasi di UI," ujar Syafruddin yang kala itu menjabat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (2018-2019).
Mendapat tawaran itu, Syafruddin pun tak langsung memberi jawaban lugas dan tegas.
Proses penentuan MWA UI itu diurus salah seorang deputi Syafruddin di Kementerian PAN-RB.
Beberapa hari kemudian deus de machinna itu datang bergulir.
Rektor Unhas Prof Dr Dwia Ariestina Palubuhu MA, juga datang mengemukakan tawaran serupa di Jakarta.
Kebetulan di masa itu, UI dan Unhas, dan 8 perguruan tinggi negeri di Indonesia, tengah menyiapkan struktur baru organisasi PTNBH periode kedua.