Syiar Ramadan
Penjelasan Uztadz Sabaruddin Jika Tak Melaksanakan Itikaf di 10 Malam Terakhir Ramadan
Menghadirkan narasumber H Sabaruddin LC, Dai Ikatan Cendekiawan Alumni Timur Tengah. Dipandu host Kinan Aulia.
Penulis: Ari Maryadi | Editor: Sudirman
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -- Syiar Ramadan edisi ke-21 membahas The Ultimate Guide To itikaf, Sabtu (23/4/2022).
Menghadirkan narasumber Ustadz H Sabaruddin LC, Dai Ikatan Cendekiawan Alumni Timur Tengah. Dipandu host Kinan Aulia.
Sabaruddin mengungkapkan, rugilah seorang jemaah apabila masuk 10 malam ramadan dan sering ibadah di masjid tapi tidak berniat melakukan itikaf.
Sabaruddin mengingatkan salah satu keutamaan bulan ramadan adalah adanya ritual itikaf.
Itikaf secara hukum sunnah muakad, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan dan tidak pernah ditinggalkan Rasullah.
"Kalaupun ditinggalkan, harus diganti bulan berikutnya," katanya di Wisma Kalla, Sabtu (23/4/2022).
Sabaruddin mengatakan, dalam kehidupan dunia kadang manusia disibukkan dengan aktivitas dunia.
Maka Alllah tempatkan 10 malam terakhir bulan Ramadan supaya manusia lebih fokus kepada Alllah Swt.
Ia mencontohkan sejarah di masa Nabi Ibrahim, manusia lebih sibuk pada patung sebagai sesembahan berhala.
Masuk masa Nabi Musa, fokus manusia lain, sama juga pada berhala, yaitu menggunakan batu, kayu dipahat lalu jadi patung.
Ia lalu membandingkan masa sekarang, tidak ada lagi patung sembahan manusia.
"Tapi banyak hal sibukkan manusia lalai mengingat kepada Allah, maka itu bagian berhala," katanya.
Ketika ada sesuatu buat manusia fokus dan lalai mengingat kepada Allah, Sabaruddin menyebutnya sebagai berhala.
Jika sibuk urusan dunia, maka itu berhala-berhala masa kini.
Untuk itu ketika masuk 10 malam terakhir ramadan, Allah menempatkan waktu fokus ingat kepada Allah.