Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Tribun Timur

Kapan 1 Ramadhan 1443 Hijriah?

Sedangkan, Nahdlatul Ulama (NU) dan Kementerian Agama (Kemenag) masih belum menentukannya.

Editor: Sudirman
Freepik.com
Ilustrasi Ramadhan 2022. 

Rizky Muhammad Rahman STr

Pengamat Meteorologi dan Geofisika BMKG Wilayah IV Makassar

Muhammadiyah sudah menentukan awal Ramadhan 1443 Hijriah jatuh pada 2 April 2022.

Sedangkan, Nahdlatul Ulama (NU) dan Kementerian Agama (Kemenag) masih belum menentukannya.

Hal ini disebabkan karena uniknya sistem penentuan awal bulan pada kalender Hijriah.

Pada sistem kalender Hijriah jumlah harinya 29 atau 30 hari tergantung penampakan hilal.

Hilal di sini didefinisikan sebagai penampakan sabit Bulan yang paling awal terlihat dari Bumi sesudah Konjungsi/Ijtima' dan Matahari terbenam.

Posisi hilal bersifat lokal, tidak sama di seluruh permukaan Bumi, dimana waktu ghurub Matahari (maghrib) berbeda di setiap tempatnya.

Waktu ghurub ini adalah waktu pergantian tanggal dalam kalender Hijriah.

Penentuan awal Bulan ditandai dengan munculnya penampakan Bulan Sabit pertama kali setelah Bulan baru (konjungsi atau Ijtimak).

Konjungsi yaitu peristiwa ketika bujur ekliptika Bulan dan Matahari sama, dengan pengamat diandaikan berada di Pusat Bumi.

Pada fase ini, Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari, sehingga posisi hilal berada di ufuk barat.

Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari pada Bulan tersebut digenapkan menjadi 30 hari.

Awal Ramadhan 1443 H mendatang mungkin akan terjadi dua pendapat: 2 dan 3 April 2022.

Hal ini karena adanya perbedaan kriteria di antara ahli hisab (perhitungan astronomi) dan kemungkinan perbedaan dengan ahli rukyat (pengamatan).

Muhammadiyah dengan kriteria hisab wujudul hilal (wujudnya hilal di atas ufuk) akan memulai puasa pada 2 April 2022.

NU dengan rukyatul hilal mungkin memutuskan awal Ramadhan 1443 H jatuh pada 3 April 2022, tergantung hasil pengamatan pada 1 April.

Pemerintah (Kemenag RI) bila menggunakan kriteria yang disepakati bersama Menteri-menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) semestinya menetapkan awal Ramadhan jatuh pada 3 April 2022.

Keputusan pemerintah terkait awal Ramadhan akan dikeluarkan setelah sidang itsbat pada 1 April malam.

Persoalan penetapan awal bulan (khususnya Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah) di Indonesia sampai hari ini tak kunjung usai. Sebabnya yaitu persoalan pendefinisian hilal.

Di Indonesia terdapat ragam pandangan dan pendapat mengenai definisi hilal ini.

Nahdlatul Ulama mendefinisikan hilal harus terlihat (rukyat), Muhammadiyah mendefinisikan cukup dengan perhitungan (hisab), dan Kementerian Agama (Pemerintah) mendefinisikan dengan kemungkinan terlihat (imkan rukyat).

Rukyatul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah dengan merukyat (mengamati) hilal secara langsung.

Apabila hilal (bulan sabit) tidak terlihat (atau gagal terlihat), maka bulan (kalender) berjalan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari. Kriteria ini digunakan oleh NU.

Wujudul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah dengan menggunakan dua prinsip.

Ijtimak (konjungsi) telah terjadi sebelum Matahari terbenam dan Bulan terbenam setelah Matahari terbenam; maka pada petang hari tersebut dinyatakan sebagai awal bulan (kalender) Hijriyah, tanpa melihat berapapun sudut ketinggian (altitude) Bulan saat Matahari terbenam.

Kriteria ini digunakan oleh Muhammadiyah.

Imkanur Rukyat adalah kriteria yang mempertimbangkan kemungkinan terlihatnya hilal.

Secara praktis, Imkanur Rukyat dimaksudkan untuk menjembatani metode rukyat dan metode hisab. Kriteria ini digunakan oleh Kemenag.

Kemenag tahun ini mulai menggunakan kriteria baru dalam penentuan awal bulan Hijriah.

Kriteria itu mengacu pada hasil kesepakatan Menteri Agama Brunei Darussalam, Malaysia, Indonesia, dan Singapura (MABIMS).

Selama ini, kriteria hilal (bulan) awal Hijriyah adalah ketinggian 2⁰, elongasi 3⁰, dan umur bulan 8 jam.

MABIMS bersepakat untuk mengubah kriteria tersebut menjadi ketinggian hilal 3⁰ dan elongasi 6,4⁰.

Data dari BMKG ketinggian hilal untuk wilayah Indonesia, Ijtimak/konjungsi bulan-matahari untuk penentu awal bulan Ramadhan 1443 H terjadi pada Jum’at, 1 April 2021 pukul 13:24:15 WIB, tinggi hilal saat matahari terbenam berkisar 1.12⁰di Jayapura s.d 2.19⁰ di Tua Pejat, Kepulauan Mentawai.

Pada kondisi ini secara astronomis hilal tidak mungkin bisa dirukyat secara visual menggunakan mata telanjang maupun dengan perangkat teleskop.

Berdasarkan kriteria baru MABIMS dan data tinggi hilal BMKG, awal Ramadhan tahun ini berpotensi akan ada perbedaan.

BMKG sendiri melakukan pengamatan hilal di beberapa titik.

Data dari titik-titik pengamatan tersebut disebarluaskan untuk diakses oleh masyarakat luas secara online (live streaming) di internet.

Data pengamatan Hilal tersebut juga dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan yang diperlukan bagi pengambilan keputusan penentuan awal bulan Hijriah oleh Institusi/Lembaga yang berwenang secara kenegaraan.

Fenomena perbedaan awal Ramadhan di Indonesia sebenarnya bisa disatukan dengan adanya pihak otoritas tunggal yang menentukan awal bulan Hijriah.

Pihak ini berhak menentukan awal bulan Hijriah dan yang lain harus bersepakat mengikutinya.

Namun jika memang tidak ada kata sepakat “semangat toleransi” yang harus diutamakan.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved