Proses Rukyatul Hilal untuk Menentukan Awal Ramadan 2022, Pelaksanaannya di GTC Makassar
"Kita telah putuskan untuk pelaksanaan Rukyatul Hilal ini akan dilaksanakan pada Jumat 1 April mendatang," paparnya.
Penulis: Darullah | Editor: Waode Nurmin
TRIBUNTIMUR.COM, MAKASSAR - Menjelang Bulan Suci Ramadan 2022, biasanya digelar sidang Isbat untuk menentukan awal puasa.
Akan ada petugas yang dipersiapkan memantau hilal.
Sidang Isbat dijadwalkan digelar pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Agama pada Jumat 1 April 2022.
Lantas bagaimana proses Rukyatul Hilal untuk menentukan awal Ramadan di Sulsel?
Kabid Urais Kemenag Sulsel, H Tonang Cawidu mengatakan sekarang ini kita tengah di Bulan Syaban yang tak lama lagi akan memasuki Ramadan.
"Tidak sampai dua pekan lagi maka kita sudah memasuki Ramadan," ujarnya pada live ngobrol virtual membumikan agama seri 23 di YouTube Tribun Timur, Rabu (23/3/2022).
"Saya ingin sampaikan bahwa salah satu layanan keagamaan yang ada di Kementrian Agama yaitu seperti layanan penetuan arah kiblat, kemudian penentuan awal Syawal dan Ramadan," kata Tonang.
Pihaknya menyampaikan dalam penentuan hilal ini ada dua metode yang biasa digunakan oleh umat Islam.
Kedua metode tersebut yaitu metode Hisab dan Rukyat.
Metode Hisab adalah perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriyah.
Sementara metode Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, penampakan bulan sabit yang tampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak (konjungsi).
"Sejak minggu kemarin kami telah melakukan persiapan terkait pelaksanaan penentuan awal Ramadan dengan melibatkan semua organisasi kemasyarakatan, majelis ulama, BMKG, akademisi," ungkapnya.
"Kami telah melaksanakan rapat dengan mereka untuk persiapan pelaksanaan penentuan Hilal Ramadan 2022," bebernya.
"Kita telah putuskan untuk pelaksanaan Rukyatul Hilal ini akan dilaksanakan pada Jumat 1 April mendatang," paparnya.
Rukyatul Hilal ini akan dilaksanakan di Rooftop GTC Makassar dengan melibatkan Ormas, BMKG, Majelis Ulama, dan Akademisi.
