Covid 19
Heboh Varian Deltacron, 17 Warga Amerika dan Eropa Terpapar, Apakah Sudah Masuk Indonesia?
Varian Deltacron mengandung gen dari kedua varian tersebut sehingga dikatakan sebagai virus rekombinan atau hibrida Delta dan Omicron.
TRIBUN-TIMUR.COM - Kasus covid-19 varian omicron belum juga mereda.
Kini dunia kembali dihebohkan dengan munculnya varian lain yang merupakan gabungan mutasi varian Delta dan Omicron.
Kemunculan varian ini dikonfirmasi sejumlah ilmuwan.
Secara tidak resmi, mereka menyebut varian tersebut sebagai varian Deltacron.
Baca juga: 7 Jenis Makanan dan Minuman Bisa Anda Konsumsi untuk Redam Gejala Covid-19 Varian Omicron
Baca juga: Banyak Dikeluhkan Pasien Covid-19 Omicron, Simak 4 Cara Ampuh Atasi Sakit Tenggorokan
Lantas, apakah deltacron sudah terdeteksi di Indonesia?
Dikutip dari Live Science, kasus Deltacron ini dilaporkan telah terjadi di Eropa dan Amerika Serikat.
Setidaknya 17 pasien di Amerika Serikat dan Eropa dikabarkan telah terpapar varian ini.
Beberapa negara lainnya, seperti Perancis, Inggris, Denmark, dan Belanda juga disebut telah mendeteksi kemunculan varian Deltacron.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui keterangan pimpinan teknis WHO untuk Covid-19 Dr Maria Van Kerkhove mengatakan pihaknya sedang melakukan tracking dan terus mengkaji varian Deltacron ini.
Lalu, sebenarnya apa itu varian Deltacron?
Deltacron rekombinan varian Delta-Omicron
Dikutip dari The Guardian, Jumat (11/3/2022), varian Deltacron merupakan varian Covid yang mengandung unsur Delta dan Omicron.

Artinya, varian Deltacron mengandung gen dari kedua varian tersebut sehingga dikatakan sebagai virus rekombinan atau hibrida Delta dan Omicron.
"Deltacron adalah produk dari varian Delta dan Omicron yang beredar di populasi yang sama," kata Prof Lawrence Young, ahli virologi di University of Warwick.
Diberitakan oleh Independent, Minggu (13/2/2022), seseorang yang terinfeksi dua varian Covid-19, yakni Delta dan Omicron pada waktu yang sama, sel-sel mereka berpotensi untuk membentuk replikasi yang baru, Deltacron.
Para ilmuwan mengatakan "tulang punggung" varian Deltacron berasal dari Delta, tetapi protein lonjakannya berasal dari Omicron.
Deltacron diyakini muncul sejak awal 2022
Diberitakan oleh The Guardian, Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) mengatakan varian Deltacron teridentifikasi di beberapa wilayah di Prancis.
GISAID menyakini varian Deltacron ini telah muncul sejak awal tahun 2022.
Baca juga: 5 Langkah yang Bisa Anda Lakukan Agar Lekas Sembuh dari Omicron
Baca juga: Benarkah Streamer Milik DAIKIN Mampu Nonaktifkan Virus Varian Omicron? Berikut Penjelasannya
“Genom dengan gambaran serupa juga telah diidentifikasi di Denmark dan Belanda,” kata Gisaid, menyangkut Deltacron.
Selain itu, Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) juga melaporkan bahwa terdapat 30 kasus varian Deltacron telah terdeteksi di Inggris.
Sebelumnya, Badan Keamanan Kesehatan Inggris mengatakan sedang menyelidiki varian Deltacron yang terjadi di Inggris, namun belum diketahui apakah penelitian tersebu terkait dengan Deltacron yang terjadi di Prancis.
Sementara itu, varian Deltacron juga teridentifikasi terjadi Amerika dan Eropa, setidaknya 17 pasien teridentifikasi varian tersebut.
Tingkat keparahan Deltacron
Dikutip dari Reuters, Philippe Colson dari IHU Mediterranee Infection di Marseille, Prancis menyatakan bahwa identifikasi tingkat keparahan Deltacron masih terlalu dini dilakukan.
Pasalnya, kasus varian Deltacron terkonfirmasi masih rendah sehingga belum ada data terkait tentang tingkap keparahan varian tersebut.
Begitupun dengan perlindungan vaksin terhadap varian Deltacron.
Selaras dengan pernyataan tersebut, Dr Jeffrey Barrett, yang sebelumnya memimpin inisiatif genomik Covid-19 di Wellcome Trust Sanger Institue juga mengimbau masyarakat untuk tidak terlalu khawatir terhadap kemunculan varian Deltacron.
"Ini (Deltacron) telah terlihat di Inggris beberapa kali, dan sejauh ini tampaknya sangat langka di mana saja di dunia, dengan hanya beberapa lusin urutan di antara jutaan Omikron," kata Barrett, dikutip dari The Guardian, Jumat (11/3/2022).
“Jadi saya rasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan saat ini, meski saya yakin akan terus dipantau (Deltacron),” imbuhnya.

Adapun laporan WHO mencatat, tidak adanya perubahan dalam tingkat keparahan virus Corona yang terjadi di masyarakat, termasuk Deltacron.
Artinya, tingkat keparahan pasien Covid-19 masih sama seperti sebelumnya, sebagaimana keparahan varian Omicron yang telah mendominasi, di luar Deltacron.
Deltacron masih dalam penelitian
WHO telah mengonfirmasi adanya rekombinan Delta-Omicron, Deltacron ini.
Kendati demikian, pihak WHO menyatakan masih menunggu hasil eksperimen guna mengetahui sifat varian Deltacron.
“Kami telah mengetahui bahwa peristiwa rekombinan dapat terjadi, pada manusia atau hewan, dengan berbagai varian #SarsCoV2 yang beredar. Perlu menunggu eksperimen untuk mengetahui sifat-sifat virus ini (Deltacron),” kata Kepala ilmuan WHO, Soumya Swaminathan melalui laman twitternya.
Pengawasan terhadap rekombinan varian Deltacron tetap dilakukan, terutama dalam penularannya dan kemampuannya melawan kekebalan vaksin yang sudah diberikan.
Penjelasan Satgas Covid-19
Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19, dr. Alexander Ginting mengatakan, kasus infeksi varian virus corona Deltacron menurutnya belum ditemukan di Indonesia.
Baca juga: Capaian Vaksinasi Covid-19 Dosis Ketiga di Bone Baru 1,18 Persen
Baca juga: Cara Membedakan Gejala Covid-19 Omicron dan Tipes, Jangan Sampai Keliru!
"Sampai saat ini belum ada dilaporkan oleh lab biomolekuker Indonesia," kata dr. Alex saat dihubungi Kompas.com, Senin (14/3/2022).
Ia menjelaskan Deltacron ini adalah sub varian baru yang belum ditentukan galurnya.
"Karena bentuk mutasinya recombinant dari varian berbeda yaitu varian Delta dan Omicron, sehingga memberikan karakteristik yang berbeda pula," jelas Alex.
"Analisis sementara ini dicatat dalam nomenklatur GK/AY.4 dan GRA/BA.1. Jadi serupa dengan virus recombinant yang memiliki percampuran dua materi genetik yang berbeda," kata Alex.
(kompas.com/Alinda Hardiantoro/Luthfia)