Klakson
Darud Dakwah Wal Irsyad (DDI)
Didirikan ulama lokal kharismatik, AGH. Abdurrahman Ambo Dalle pada 21 Desember 1938, di Mangkoso, Kabupaten Barru.
Tantangannya tak ringan.
Kini, DDI berupaya mengatasi tantangannya. Di luar sana tantangan itu lempang menganga.
Di sektor kehidupan agama dan kebudayaan misalnya, agama saling bentrok dengan varian kebudayaan kita.
Belum lagi nampak bagaimana agamawan cenderung takluk didepan hartawan.
Sementara ummat tetap dengan keadaannya; merana.
Fenomen menjamurnya pesantren dengan krisis akhlak moral yang baik juga penting DDI mendekatkan matanya disitu.
Sebab dari surplus pesantren terselip pula perilaku binatang oknum pendidiknya yang ketahuan melakukan pelecehan seksual pada santrinya sendiri.
DDI sebagai jaringan pesantren tertua diera modern lokal Sulsel perlu merespon itu.
Di sektor politik, mata kian perih menyimak perilaku politik yang tak menguntungkan rakyat.
Di bidang ekonomi, minyak goreng kini jadi persoalan licin yang pelik.
Sementara di level kesehatan virus Covid 19 tak henti-hentinya beranak pinak.
Kapitalisme kesehatanpun makin menggila. Dan dengan virus ini pendidikan berlangsung dari jauh.
Kapitalisme tehnologi komunikasi menjadi kunci dalam pendidikan kita.
Di tengah situasi begitu, DDI mau berbuat apa? Semoga Muktamar ke XXII ini mampu menjawabnya.(*)