Bincang Kota
Asal Mula Program Lorong Wisata di Makassar, Simak Penjelasan Kadis DKP Makassar Muhammad Rheza
Muhammad Rheza menyampaikan, program lorong wisata sangat identik dengan Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto.
Penulis: Siti Aminah | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kota Makassar Muhammad Rheza menjelaskan awal mula lahirnya program lorong wisata.
Muhammad Rheza menyampaikan, program lorong wisata sangat identik dengan Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto.
Wali Kota Danny dikenal sebagai anak
'lorongna Makassar', karena itu Pemkot dibawah kepemimpinannya ingin fokus mengembangkan lorong-lorong.
Pada periode pertamanya, ia telah memprogramkan lorong garden.
Kala itu, masyarkat diminta memaksimalkan lorong untuk menanam bahan pangan, khususnya cabai.
Kini, Danny mengubah konsep lorong garden menjadi lebih luas dengan nama lorong wisata.
"Lorong garden adalah bagian dari lorong wisata, ini salah satu misi mengembangkan dari apa yang sudah ada sebelumnya. Kalau kita tahu wali kota anak lorong makanya kita selalu fokus pada pengembangan lorong-lorong," ucapnya.
Hal diatas disampaikan Mohammad Rheza saat hadir di Studio Tribun Timur dalam acara Bincang Kota.
Program ini disiarkan secara langsung di YouTube dan Facebook Tribun Timur, Senin (21/2/2022).
Dalam kesempatan ini, Rheza menjelaskan , lorong garden ini bukan cuma soal taman dan tanaman, tapi ada banyak jenisnya tergantung OPD yang terlibat.
Sesuai visi misi Adama, ada 5 ribu lorong wisata yang akan dibuat.
Dibagi 1000 lorong tiap tahun, setiap lorong punya potensi yang berbeda.
Tahun ini, jatah Dinas Ketahanan Pangan (500 lorong), Dinas Koperasi dan UMKM (75 lorong), Dinas Pariwisata (100 lorong), Dinas Pendidikan (30 lorong), Dinas Pertanian dan Perikanan (150 lorong)
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (50 lorong), Dinas Perdagangan (75 lorong), Dinas Kebudayaan (20 lorong), Kecamatan hingga kelurahan fokus melakukan pembinaan.
"Pak wali memang dari dulu selalu mengembangkan lorong yang dulunya kumuh, sekadar tempat tinggal, sekarang sudah bisa menjadi destinasi, jadi spot foto, kunjungan dan tempat wisata," pungkasnya. (*)