Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

UNM

Drone Disinfektan FT UNM Mampu Angkut 3-4 Kilogram Cairan

Itu disampaikan oleh Ketua Prodi D4 Teknik Elektronika Fakultas Teknik (FT) UNM Dr Hendra Jaya, dalam program Bincang Kampus.

Penulis: Firki Arisandi | Editor: Saldy Irawan
tribun-timur/firki arisandi
Ketua Prodi D4 Teknik Elektronika Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Makassar (UNM) Dr Hendra Jaya. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar (UNM) memiliki drone disinfektan.

Itu disampaikan oleh Ketua Prodi D4 Teknik Elektronika Fakultas Teknik (FT) UNM Dr Hendra Jaya, dalam program Bincang Kampus.

Program tersebut tayang secara live di kanal Youtube Tribun Timur, Jumat (11/2/2022).

Dalam kesempatan itu, Jurnalis Tribun Timur Desi Triana Aswan, yang memandu acara itu, menanyakan kapan robot mulai dipergunakan.

Hendra Jaya kemudian menjelaskan, jika penggunaan robot sudah mulai dilakukan sekarang.

Contohnya di UNM. kini mulai mengembangkan drone kami untuk mengantisipasi Covid-19. 

Drone itu digunakan untuk menyiram disinfektan ke gedung yang ada di kampus.

"Drone-nya besar, bisa mengangkut cairan 3-5 kilogram. Kami ciptakan itu dimotori teman-teman di FT, dekan, rektor juga Alhamdulillah sangat respon adanya drone ini," kata Hendra.

Saat ini, kata dia, manusia sudah mulai beradaptasi dengan robot. 

"Namun untuk adaptasi secara real time targetnya 2025," jelas Hendra.

Dalam kesempatan itu, Hendra juga menyebut jika hal ini sekarang sedang menjadi polemik.

"Apa keuntungam robot, yang pertama dia disiplin, mungkin juga tidak menerima upah barangkali dan tidak pernah demo. Itu kelebihan ketika menggunakan smart robot," kata dia.

Desi Triana Aswan yang memandu acara itu, sempat menyinggung soal penganggaran.

Meski tak diupah, kata Desi, robot tetap memiliki biaya perawatan.

Hendra kemudian menjelaskan, anggaran yang dibutuhkan untuk mewujudkan sistem kerja robot ini memang lebih besar.

Tapi dampaknya ke depan akan lebih ekonomis.

Meski demikian, Hendra mengakui, jika tidak semua pekerjaan juga harus melibatkan robot.

"Polemiknya tadi adalah menggantikan ASN. Tapi semua pekerjaan kan tidak harus dikerjakan oleh robot," jelas Hendra.

"Perlu memang ada beberapa hal yang diperhatikan untuk kebijakan seperti ini," tambahnya.

Seperti misalnya, robot tidak memiliki perasaan dan tidak punya hati.

Sementara dalam hal pelayanan, ada yang disebut dengan istilah empati.

"Ketika kita berkaitan dengan ASN itu perlu bagaimana cara melayani, bagaimana empati terhadap seseorang," jelas dia.

Hendra menjelaskan juga jika eksistensi ASN saat ini memang sudah sangat memungkinkan untuk digantikan oleh robot.

"Saat ini sudah banyak tekhnologi kecerdasan buatan, misalnya artificial intelligence, cloud computing, algoritma dan pemrograman lainnya yang bersifat artifisial jaringan syaraf tiruan sudah berkembang sangat pesat," beber Hendra.

Dan faktanya, saat ini memang sudah banyak tekhnologi.

Yang walaupun kesannya masih dalam taraf sebatas sistem. 

Namun jika dikaitkan dengan mekanik-mekaniknya, lanjut Hendra, sudah menjadi sebuah robot.

"Jadi saat ini, infrastruktur untuk mengarah ke sana ada, dan sangat memungkinkan," jelas Hendra. (*)

Laporan Wartawan Tribun Timur, Firki Arisandi

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved