Opini Tribun Timur
Rasa Malu yang Sudah Hilang
Tidak lagi punya nilai dan bukan menjadi penghalang bagi seseorang untuk berprestasi, bahkan tidak sedikit mantan narapidana korupsi
Rasa malu sudah hilang, ini juga berakibat pada lingkungan yang kotor dan rusak.
Kerjasama dengan pemerintah pusat dan daerah, para pengusaha membabat hutan, termasuk sebahagian yang dilindungi, mereka jadikan sebagai lahan industri untuk perkebunan, pertambangan dan sebagainya.
Keuntungan dari itu seringkali lebih banyak ke peribadi corporate, nyaris lupa kewajibannya membayar pajak dan memperbaiki lingkungan yang rusak itu.
Mahluk hidup yang ada di hutan tersebut pun tidak luput dari pembabatan itu, makanya jangan heran jika gajah, harimau, dan binatang buas lainnya banyak yang mati, dan tidak sedikit yang lari ke kampung-kampung tempat pemukiman manusia untuk mencari kehidupan.
Beberapa hasil penelitian membuktikan, bahwa virus covid 19 dengan berbagai variannya, merupakan bagian dari kerusakan hutan, dimana virus yang sebelumnya hidup, tumbuh dan berkembang pada binatang dan tumbuhan di hutan, tetapi karena sudah dibabat dan ditebang, virus tersebut, akhirnya lari ke kota dan hinggap dan berkembang biak pada manusia.
Kate Jones (2020), seperti ditulis oleh Dr Sawedi Muhammad, sosiolog Unhas, 2021. bahwa sejak tahun 1940-2004, terdapat 335 jenis virus baru yang berasal dari satwa liar.
Virus ini muncul karena kehilangan habitad akibat deforestasi, eksploitasi alam , serta pembukaan lahan secara berlebihan.
Habitat Virus porak poranda dan akhirnya menjadikan manusia sebagai host yang baru.
Rasa malu yang hilang, juga berakibat pada merosotnya moral masyarakat dan bangsa secara keseluruhan.
Moral yang merosot berakibat pada akhlak dan perilaku yang buruk, padahal akhlak itu memiliki derajat tertinggi dan termulia setiap agama.
Bahkan Islam menempatkan rasa malu sebagai bagian dari keimanan seseorang. Rasulullah SAW bersabda, “Iman dan malu merupakan pasangan dalam segala situasi dan kondisi, apabila rasa malu sudah tidak ada ,maka iman pun sirna” (HR, Al Hakim).
Di hadist yang lain Rasulullah SAW bersabda, ''Iman itu lebih dari 70 (tujuh puluh) atau 60 (enam puluh) cabang, cabang iman yang tertinggi adalah mengucapkan 'La ilaha illallah', dan cabang iman terendah adalah membuang gangguan (duri) dari jalan, dan rasa malu merupakan cabang dari iman.'' (HR Bukhari-Muslim).
Masih dalam konteks malu dan iman, Rosulullah SAW bersabda,'' Sesungguhnya Allah apabila hendak membinasakan seseorang, Dia mencabut rasa malu dari orang tersebut. Apabila rasa malunya sudah dicabut, maka orang tersebut tidak menjumpainya kecuali dijauhi”.
Dr Muh. Irsyad dalam ceramah subuh di Mesjid Gowa Hira (8/2/2022) mengemukakan bahwa malu dalam islam terdiri dari empat yaitu malu kepada Tuhan, malu kepada malaikat, malu kepada orang lain dan malu kepada diri sendiri, dan level malu yang paling tinggi adalah malu kepada Tuhan.
Oleh sebab itu mari jadikan malu sebagai bagian dari iman, sebab iman inilah yang membuat kita percaya bahwa Tuhan selalu melihat apapun niat dan perbuatan kita.
Mari kita jaga dan pelihara iman agar bisa menjadi perisai dari perbuatan memalukan dan merendahkan martabat kemanusiaan. Semoga kita semua tetap dalam lindungan Allah SWT.