Sutera Bugis
Ternyata Filosofi Sutera Bugis Ada pada Warnanya Bukan Motif, Jingga Dipakai Janda
Kain sutera Bugis dapat dikategorikan sebagai produk kerajinan tenun khas Sulsel yang memiliki corak dan warna yang khas.
Motifnya yang khas membuat Sutera Sengkang diminati, tak hanya pasar lokal tapi juga mancanegara.
Sengkang adalah ibu kota Kabupaten Wajo yang berjarak sekitar 190 kilometer dari Kota Makassar.
Wajo berbatasan langsung dengan Teluk Bonepunya.
Daerah ini memiliki industri tenun sutera, mulai dari hulu hingga hilir.
Dari petani ulat sutera hingga perajin tenun sutera.

Di Sengkang, tepatnya di Desa Pakanna, Kecamatan Tanasitolo dikenal sebagai kampung penenun.
Di kampung ini, ulat 'disulap' jadi kain yang indah.
Tak heran jika berkunjung di Desa Pakanna Sengkang, pengunjung disambung dengan dengan suara khas alat tenun.
Berdetak-detak begitu keras.
Kain tenun inilah yang dikenal dengan nama kain tenun Sengkang yang menjadi salah satu buah tangan jika berkunjung ke Provinsi Sulawesi Selatan.
Kain tenun Sengkang ini memiliki motif yang khas antara lain cobo, makkalu, balo tettong, dan balo renni.
Ada pula motif serupa ukiran Toraja dan aksara Bugis.
Beraneka motif itu dirangkai benang sutera dengan warna menyala, seperti oranye dan kuning.
Tapi, tenun sengkang masih mengandalkan kelihaian tangan.
Dari tenunan itu bisa lahir tiga macam tenun, yakni ikat, polos, dan variasi.
Tenun sutera polos tidak bermotif, hanya bermain di satu warna benang.
Sedangkan tenun ikat memakai dua hingga tiga warna benang yang disatukan.
Sedangkan tenun variasi adalah perpaduan ikat dan polos.(*)