Mengenal Kain Sutra atau Lipa Sabbe Khas Wajo Kini Disenangi Turis, Menenun Kebiasaan di Sengkang
Selain wisatawan lokal yang liburan ke Danau Tempe, ternyata turis pun juga sering brong lipa sabbe tersebut.
Beraneka motif itu dirangkai benang sutera dengan warna menyala, seperti oranye dan kuning.
Tapi, tenun sengkang masih mengandalkan kelihaian tangan.
Dari tenunan itu bisa lahir tiga macam tenun, yakni ikat, polos, dan variasi.
Tenun sutera polos tidak bermotif, hanya bermain di satu warna benang.
Sedangkan tenun ikat memakai dua hingga tiga warna benang yang disatukan.
Sedangkan tenun variasi adalah perpaduan ikat dan polos.
Dikerjakan secara kolektif
Di Desa Pakkanna untuk membuat kain tenan, biasanya masyarakatnya bekerja secara kolektif.
Setiap kepala keluarga mengerjakan satu proses dari pembuatan sutra.
Contohnya keluarga A mengerjakan proses pemintalan benang, sementara keluarga B mengerjakan pewarnaan benang dan keluarga C menenun kain.
Setiap keluarga melakukan tahapan-tahapan yang berbeda.
"Di sini macam-macam, misalnya ini proses pembuatan sutra, termasuk sarungnya itu kan melalui beberapa tahapan.
Jadi selalu ada yang dipekerjakan, mulai dari menggulung benang, mewarnai, memintal.
Baca juga: Video: Kedai UMKM di Kawasan RTH Callaccu Sengkang Diresmikan
Baca juga: Dulu Dianggap Hama, Ikan Sapu-sapu Danau Tempe Kini Jadi Pakan Ternak di Wajo
Dari situlah kegiatan sehari-hari mereka menjadi kebiasaan," kata Kepala Desa Pakkanna, Wikra Wardana kepada Tribuntimur.com.
Wikra mengatakan dahulu di Desa Pakkanna Sengkang ada kebun murbai untuk habitat ular sutra.