Opini Tribun Timur
Ketika Deddy Corbuzier Tak Kenal Jurusan Ilmu Perpustakaan
Demikian ungkapan pertanyaan Deddy Corbuzier saat berbincang di acara podcastnya, bersama Pembalap Nasional asal Bulukumba, Andi Gilang
Menurut hemat penulis, ada dua kemungkinan yang menyebabkan hal tersebut terjadi.
Pertama, stigma perpustakaan di kepala sebagian masyarakat menganggap bahwa perpustakaan tak lebih dari sekadar tempat simpan-pinjam buku semata.
Termasuk mungkin Deddy salah satunya. Sehingga, mereka pun merasa sangat heran ketika perpustakaan--yang perannya sangat sempit itu-- justru dibukakan jurusan khusus untuk dikuliahkan di kampus-kampus.
Bukankah buang-buang waktu saja, jikalau harus menghabiskan waktu kurang lebih 4 tahun hanya untuk belajar tentang pengetahuan simpan-pinjam buku semata ?
Demikian kira-kira anggapan itu muncul di benak mereka.
Padahal, jikalau mau ditelusuri, peran perpustakaan jauh lebih luas dari itu.
Perpustakaan adalah pusat peradaban pengetahuan dan kebijaksanaan. Jikalau mau mengukur sejauh mana tingkat kemajuan suatu masyarakat, maka lihatlah iklim perpustakaannya.
Jika perpustakaan itu baik, maka baik pulalah masyarakatnya.
Bukankah hal ini sudah dibuktikan oleh berbagai peradaban dari masa ke masa ? baik itu dari Mesir Kuno, Yunani, Abbasyiah, hingga Barat Modern.
Semua menjadikan perpustakaan sebagai urusan prioritas dalam rangka membangun kemajuan bangsanya.
Mereka sangat mengamini bahwa perpustakaan adalah markas besar dalam menghadapi perang kebodohan dan ketidaktahuan.
Peran perpustakaan yang luas inilah yang mungkin belum sampai di telinga masyarakat pada umumnya.
Sehingga, kerap kali menempatkan perpustakaan sebagai urusan yang tak lebih penting dari lainnya.
Kedua, sosialisasi dan promosi perpustakaan masih perlu untuk digencarkan gerakannya.
Kita ketahui bersama bahwa, seluruh elemen dari berbagai kalangan telah berkali-kali mendengungkan dan mendendangkan bahwa stigma perpustakaan sebagai tempat simpan pinjam buku semata, mesti dihapuskan segera.