Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

14 Tahun Lalu Pak Harto Wafat Tapi Kabar Pertama Bukan dari Keluarga, Polisi Ini Berani Ungkap Fakta

Kabar pertama wafatnya Soeharto disampaikan oleh Kepala Polsek Kebayoran Baru berpangkat komisaris bernama Dicky Sondani.

Editor: Ansar
Tribunnews.com
Soeharto dan Tien Soeharto. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Presiden ke-2 RI Soeharto wafat pada 27 Januari 2008 silam. Kini sudah 14 tahun Soeharto tiada.

Namun kabar itu beredar bukan pertama kali datang dari keluarga, dokter hingga petinggi negeri.

Kabar pertama wafatnya Soeharto disampaikan oleh Kepala Polsek Kebayoran Baru berpangkat komisaris bernama Dicky Sondani.

Kala itu, Dicky menjadi penanggungjawab keamanan di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP).

Rumah sakit itu adalah tempat Pak Harto dirawat.

Setelah mengetahui kabar meninggalnya Soeharto, Dicky yang saat itu dikerumuni sekitar 100 wartawan, mengaku tak bisa berbohong.

26 Tahun Lalu Ibu Tien Wafat Disebut Gegara Tertembak 2 Anaknya, Tutut Kini Ungkap Fakta Sebenarnya

Baca juga: Bukan Tusuk Konde Biasa, Punya Ibu Tien Soeharto Pernah Bikin Pilot Berpangkat Mayor Ditampar

"Mungkin ada sekitar 100 wartawan tiba-tiba mengerubuti saya, bertanya, ada apa, Pak? Kok ada personel tambahan segala," kata Dicky, mengutip Kompas.com.

Di situlah dia menyampaikan bahwa Pak Harto telah tiada.

"Ya, saya jujur saja. Saya bilang, Pak Harto meninggal dunia pukul 13.10 WIB. Saya tidak bisa membohongi publik saat itu. Karena memang saya tahu dari dokternya langsung," tuturnya.

Dicky merasa semua terjadi begitu cepat.

Kabar duka mantan presiden yang telah berkuasa selama 32 tahun itu bukan datang dari keluarga atau petinggi negeri, melainkan dari mulut seorang Kapolsek Kebayoran Baru berpangkat kompol.

Berbeda dengan Kapolsek Dicky yang mengumumkan kematian Soeharto karena tidak bisa berbohong dikerumuni wartawan.

Polisi ini malah beberkan penyebab kematian Bu Tien Soeharto setelah rumor-rumor penyebab kematiannya beredar dalam masyarakat.

Baca juga: Kisah Soeharto Dua Kali Niat Mundur TNI Tapi Dilarang Ibu Tien Saya Nikahi Tentara Bukan Supir

Baca juga: Perkataan Keras Soeharto Dulu yang Menghalangi TMII Dibangun Demi Ibu Tien, Aksi Protes Dimana-mana

Kematian Soeharto Ditutupi Keluarga?

Kabar duka itu muncul tepat sewindu yang lalu, Minggu (27/1/2008), dari Rumah Sakit Pusat Pertamina, kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Siang itu, Presiden kedua Republik Indonesia, Haji Muhammad Soeharto, dikabarkan tutup usia.

Namun, sekitar pukul 13.00 WIB, berita duka itu masih berupa kasak-kusuk.

Belum ada anggota keluarga, pengacara, pejabat negara, atau anggota tim dokter kepresidenan yang mengonfirmasi wafatnya Soeharto.

Namun, jumlah pasukan pengamanan yang bertambah seperti mengindikasikan kebenaran kasak-kusuk itu, ada peristiwa besar yang akan berlangsung siang itu di RSPP.

Mengutip harian Kompas terbitan 28 Januari 2008, pengamanan di RSPP memang terlihat lebih ketat pada pukul 13.00 WIB.

Polisi menambah penjagaan di depan pintu gerbang.

Penambahan pengamanan itu dilakukan saat pemberitaan mengenai Soeharto yang dalam masa kritis beredar di media digital dan media elektronik.

Antisipasi keamanan pun dilakukan menyusul makin ramainya RSPP yang dipadati wartawan, yang menunggu kabar terkini penguasa pada era Orde Baru tersebut.

Baca juga: Benarkah Ibu Tien Tertembak oleh Dua Putranya Tommy Soeharto atau Bambang Soeharto 24 Tahun Lalu

Baca juga: Sosok Dicky Sondani, Mantan Kabid Humas Polda Sulsel Jadi Saksi Detik-detik Wafatnya Soeharto

Memburuk Spekulasi mengenai memburuknya kondisi Soeharto memang sudah diketahui wartawan pada pagi itu.

Sejak Minggu dini hari, sekitar pukul 01.00 WIB, kondisi Soeharto secara umum memang menurun.

Padahal, salah satu anggota tim dokter kepresidenan, dr Christian Johannes, mengatakan bahwa Soeharto bisa makan tiga sendok bubur cair pada Sabtu malamnya, sekitar pukul 22.30.

Respirasi Soeharto kala itu juga disebut menggembirakan. Namun, sekitar pukul 03.00 WIB-07.00 WIB, kondisi presiden yang berkuasa selama 32 tahun itu semakin menurun.

Tekanan darah Soeharto tercatat 90/35-70/35 mmHg.

Saat kondisi purnawirawan jenderal berbintang lima itu tak kunjung membaik, hampir seluruh keluarga besar Soeharto berkumpul di lantai 5 Gedung A RSPP, tempat Soeharto dirawat.

Namun, Ari Sigit, cucu Soeharto yang merupakan anak dari Sigit Harjoyudanto, baru tiba sekitar pukul 10.00 WIB.

Tak lama berselang, mantan Menteri Sekretaris Negara yang juga orang dekat Soeharto, Moerdiono, pada pukul 10.00 WIB menyatakan bahwa semua keluarga sudah berkumpul.

Kehadiran keluarga besar Soeharto pun dilengkapi kedatangan menantu Soeharto, Halimah Agustina Kamil, di RSPP sekitar pukul 12.35 WIB.

Halimah muncul bersama anak-anaknya, dari hasil pernikahannya dengan Bambang Trihatmodjo. Dugaan mengenai kondisi Soeharto yang semakin kritis pun makin menyeruak.

Wartawan makin kasak-kusuk mencari informasi.

Namun, belum satu pun konfirmasi didapat.

Disampaikan Kapolsek Kepastian mengenai wafatnya "Smiling General" itu baru didapat sekitar pukul 13.20 WIB.

Baca juga: Nasib Perwira Polri Gara-gara Jadi Orang Pertama Umumkan Soeharto Meninggal, Lihat Jabatannya Kini

Baca juga: Ingat Jenderal Sutanto? Kapolri Era SBY Ahli Bongkar Kasus Kriminal Terorisme, Orang Dekat Soeharto

Namun, kabar duka itu bukan berasal dari lisan anggota keluarga, pengacara, pejabat negara, atau anggota tim dokter kepresidenan.

Adalah Kepala Kepolisian Sektor Kebayoran Baru Komisaris Dicky Sondani yang mengabarkan wafatnya Soeharto.

Dicky yang datang ke RSPP sekitar pukul 12.30 WIB sejak semula terlihat mondar-mandir di RSPP.

Awalnya, wartawan tidak memedulikan sebab mengira Dicky sedang berjaga-jaga untuk menunggu kedatangan Wakil Presiden saat itu, Jusuf Kalla.

Namun, wartawan semakin penasaran saat penjagaan polisi dan tentara semakin ketat.

Saat Dicky keluar lobi utama Gedung A, wartawan pun mendatangi untuk bertanya mengenai pengamanan yang diperketat.

Namun, Dicky mengeluarkan pernyataan mengejutkan sekitar pukul 13.20 WIB.

"Telah berpulang ke Rahmatullah Haji Muhammad Soeharto pukul 13.10 WIB. Rencananya akan dibawa ke Cendana, tetapi belum tahu pukul berapa," tutur Dicky.

Keterangan resmi Sepuluh menit sejak Komisaris Dicky Sondani mengabarkan mengenai wafatnya Soeharto, anggota tim dokter kepresidenan dan keluarga besar pun memberikan keterangan resmi.

Sekitar pukul 13.30 WIB, Ketua Tim Dokter Kepresidenan dr Mardjo Soebiandono menggelar konferensi pers untuk memberikan konfirmasi mengenai wafatnya Soeharto.

"Innalillahi wainailaihi rojiun. Telah wafat dengan tenang Bapak Haji Muhammad Soeharto pada hari Minggu 27 Januari 2008, pukul 13.10 WIB di Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta," tutur dr Mardjo.

"Semoga arwah beliau diterima di sisi Allah SWT dan diampuni dari segala dosa. Amiin," lanjutnya.

Mbak Tutut minta maaf Saat Tim Dokter Kepresidenan memberikan keterangan, hadir juga perwakilan keluarga Cendana.

Putri sulung Soeharto, Siti Herdianti Rukmana, lalu ditunjuk menjadi juru bicara dalam konferensi pers itu.

Perempuan yang akrab disapa Mbak Tutut itu didampingi dua adiknya, Sigit Harjojudanto dan Siti Hediati Hariyadi (Titiek Soeharto).

Dalam kesempatan itu, Mbak Tutut yang tidak mampu menahan air mata pun meminta maaf atas kesalahan ayahnya.

"Kami mohon dimaafkan semua kesalahan Bapak. Semoga mendapatkan tempat yang baik di sisi Allah," ujar Mbak Tutut.

Mbak Tutut juga mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang ikut mendoakan kesembuhan Soeharto dan yang telah menjenguknya.

(Grid.id/Kompas.com)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved