Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Timor Leste

Petani Timor Leste Dikelabui Setelah Ladang Minyak Dikeruk Negara Lain, Diberi Beras Impor Tak Layak

Sementara itu, menilik berbagai sektor yang terdampak pandemi global ini, Timor Leste nampaknya menaruh perhatian pada sektor ketahanan pangan

Editor: Ansar
dok UNHCR
Pengungsi Timor Leste di Timor barat. Petani Timor Leste dikelabui dan diberi beras impor tak layak 

TRIBUN-TIMUR.COM - Kabar buruk kembali menimpa Timor Leste.

Setelah ladang minyak dikeruk habis negara lain, kini masalah pertanian.

Ternyata Timor Leste sebagai negara kecil sangat terpuruk di bidang pertanian selama Covid-19 melanda.

Kini aktivitas pun baru kembali dilakukan setelah proses vaksinasi.

Vaksinasi memang sudah jadi senjata kuat untuk melawan covid-19.

Dikutip Gridhot Sabtu (29/1/2022) banyak negara sudah mulai kembali menjalani aktivitas normal karena angka vaksinasi mereka sudah tinggi.

Awal covid-19 menyeruak memang membuat banyak negara gempar.

Bahkan sejumlah negara pun telah melapor mengalami resesi akibat adanya pandemi global.

Baca juga: Terkuak Alasan China Ogah Beri Dana ke Timor Leste, Padahal Dulu Getol Bantu Lepas dari Indonesia

Baca juga: Timor Leste Menderita karena Kemiskinan, Kini Dituding Biang Kerok Kerusakan Alam Lingkungan Dunia

Namun, bagaimana dengan nasib negara-negara kecil seperti Timor Leste?

Melansir laman Worldometers, terdapat total 27 kasus positif virus corona di Timor Leste.

Meski demikian, tidak dilaporkan adanya korban meninggal akibat virus ini.

Bahkan, ke 27 orang yang sempat dinyatakan positif virus corona kini disebut telah pulih.

Sementara itu, menilik berbagai sektor yang terdampak pandemi global ini, Timor Leste nampaknya menaruh perhatian pada sektor ketahanan pangan rakyatnya.

Untuk itu, Timor Leste lebih memilih untuk mengimpor beras dari Vietnam.

Tindakan itu diambil sebagai upaya meningkatkan ketahanan pangan negaranya di tengah ancaman pandemi covid-19.

Dilansir GridHot dari The Oekusi Post, salah satu program pemerintah Timor Leste yang saat ini dipimpin oleh Perdana Menteri Taur Matan Ruak adalah mengelabui petani.

Tindakan mengelabui tersebut dilakukan dengan mengatakan pada petani bahwa pemerintah akan mempromosikan hasil pertaniannya.

Padahal, pada nyatanya anggota pemerintahannya lebih memilih menerima beras impor dari luar negeri yang sudah tidak bergizi lagi.

Baca juga: Terkuak Alasan China Ogah Beri Dana ke Timor Leste, Padahal Dulu Getol Bantu Lepas dari Indonesia

Baca juga: Timor Leste Menderita karena Kemiskinan, Kini Dituding Biang Kerok Kerusakan Alam Lingkungan Dunia

Timor Leste mengimpor beras dari Vietnam
The Oekusi Post
Timor Leste mengimpor beras dari Vietnam

Mereka sangat berani dan senang sekali memamerkan beras impor yang akan dijadikan ketahanan pangan nasional.

Mereka tak malu mengimpor beras yang bahkan sudah berkurang kadar gizinya.

Kendati demikian, mereka tetap rela mengeluarkan uang ribuan dollar AS untuk membeli beras rusak tersebut.

Indeks Kelaparan Global pada tahun 2017 mengkategorikan Timor Leste sebagai negara dengan tingkat kelaparan yang “serius”.

Situasi ini merupakan akibat langsung dari sejumlah hal yang terjadi di negara tersebut.

Sebut saja produktivitas pertanian yang buruk, pendapatan yang rendah, infrastruktur yang belum berkembang dan kerentanan pasokan pangan Timor-Leste terhadap dampak harga pangan global dan variasi iklim.

Baca juga: Timor Leste Menderita karena Kemiskinan, Kini Dituding Biang Kerok Kerusakan Alam Lingkungan Dunia

Baca juga: Ada Apa? Mantan Pemimpin Timor Leste Ini Tiba-tiba Puji Indonesia Setinggi Langit

Merespon situasi di atas, seorang komentator menilai bahwa hal tersebut tidak berarti pemerintah harus mengimpor beras yang tak layak.

Padahal, disebutkan bahwa beras yang dihasilkan oleh petani lokal di dalam negeri penuh dengan gizi yang baik.

“Namun, situasi ini tidak berarti pemerintah harus mengimpor beras dari luar negeri.

Beras lokal yang diproduksi oleh petani lokal di dalam negeri penuh dengan gizi yang baik tapi sayangnya pemerintah tidak mau membelinya," kata seorang komentator.

(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved