Timor Leste
Jangan Kaget! Makan Minum di Timor Leste Mahal, Harga Air Mineral Saja Jauh Lebih Murah Indonesia
Mata uang Timor Leste yang mengadopsi dolar AS mungkin memberi keuntungan tersendiri bagi negara tersebut.
Memberikan jalan bagi rakyat Timor Leste untuk meraih kemerdekaan.
Dilansir dari AFP via Kompas.com, pendudukan Timor Leste memantik aksi penindakan memilukan selama 24 tahun yang menelan nyawa 250.000 baik karena perang, kelaparan, hingga penyakit.
Baca juga: Kapal Ikan Asal Malaysia Mencuri di Laut Indonesia, Kajari Langsa Marah hingga Berujung Pembakaran
Baca juga: Menko Airlangga Dorong Transformasi Berbasis Digital dalam Pengembangan Teknologi Industri Kesehatan
Namun kegembiraan berubah menjadi duka setelah militer Indonesia dan milisinya menyerbu dengan menghancurkan infrastruktur mereka, serta memaksa ratusan ribu orang mengungsi, dan membunuh 1.400 orang.
Timor Leste, negara yang sebagian besar dari 1,3 juta penduduknya memeluk agama Katolik, baru diakui secara Internasional tiga tahun setelah pemungutan suara.
Tidak seperti Indonesia yang dijajah Belanda, negara yang menjajah Timtim adalah Portugal.
Pada 1974, Revolusi Bunga terjadi di Portugal yang menyebabkan distabilitas politik di dalam negeri.
Portugal semakin kewalahan menghadapi pemberontakan di negara-negara jajahan di Afrika.
Masyarakat Timtim memanfaatkan momen tersebut, untuk memproklamirkan berdirinya suatu bangsa yang merdeka melalui pembentukan partai politik.
Oleh karena itulah wilayah Timor Timur atau pulau Timor bagian timur belum menjadi bagian dari Indonesia sejak awal.
Berbeda dengan pulau Timor bagian barat yang dikuasai Belanda atau yang nantinya menjadi provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Namun, proses kemerdekaan tidak semudah yang dibayangkan.
Ketegangan politik hingga fisik terjadi antara partai pro-kemerdekaan, dengan partai yang menginginkan Timtim menjadi bagian dari Indonesia.
Di tengah pertumpahan darah, masyarakat Timtim pada 30 November 1975 menggelar Deklarasi Balibo yang menegaskan poisis Timtim sebagai provinsi ke-27 Indonesia.
Pada tahun-tahun berikutnya muncul konflik antara pendukung kemerdekaan Timor Leste dan pemerintah Indonesia serta pendukung integrasi Timtim.
Sampai pada tahun 1991, terjadi apa yang disebut pembantaian Santa Cruz.