4 Hari Setelah Divaksin Seleng Meninggal, Hasil Investigasi Gabungan Sebut Bukan karena Vaksinasi
Investigasi dilakukan terhadap dua warga Bone itu melibatkan KIPI Sulsel, Komite Nasional PP KIPI, BPOM, dan Kementerian Kesehatan.
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kepala Komite Daerah (Komda) Sulsel Martira Maddeppungeng, mengatakan kasus kematian dua warga Bone sehari setelah disuntik vaksin tidak terkait dengan program vaksinasi.
Hal itu kata Martira, berdasarkan hasil pengkajian dan causality assessment oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulsel bersama Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi/Vaksinasi (KIPI) Sulsel.
Menurutnya, Seleng (80) memiliki riwayat hipertensi lama.
Investigasi dilakukan terhadap dua warga Bone itu melibatkan KIPI Sulsel, Komite Nasional PP KIPI, BPOM, dan Kementerian Kesehatan.
Seleng merupakan warga Dusun Batu Lappa, Desa Samaenre, Kecamatan Bengo, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
“Dari pemeriksaan tekanan darah, besar kemungkinan pasien tidak rutin minum obat dan tidak rutin kontrol ke dokter,” kata Martira, Kamis (6/1/2022).
Martira membeberkan jika Seleng sudah empat kali rawat inap di rumah sakit dalam setahun karena sakit.
Baca juga: Usai Divaksin, 2 Warga Bone Meninggal, Dinkes Bone Bantah karena Vaksin, Dugaan Ada Penyakit Bawaan
Martira mengakui jika Seleng mendapat vaksinasi Covid-19 dosis pertama pada 23 Desember 2021.
Hal tersebut disampaikan pada konferensi pers di Kantor Dinas Kesehatan Sulsel, Jl Perintis Kemerdekaan, Makassar.
Terakhir rawat inap dengan gejala pucat (Hb 4 gr/dl) dan nyeri lambung serta buang air besar warna hitam.
Selanjutnya, pada 24 Desember lalu sekira pukul 18.00 Wita, Seleng mengalami gejala pusing, muntah, mimisan, dan kesadaran menurun.
“Telah mendapat pertolongan dan dianjurkan rujuk ke rumah sakit, tapi keluarga menolak dan pada 26 Desember sekira pukul 07.00 Wita bidan melaporkan Tuan S telah meninggal,” katanya.
Martira Maddeppungeng juga membeberkan anak perempuan di Bone diduga meninggal seusai divaksin.
Ia mengatakan pelajar berinisial AW mendapat vaksinasi Sinovac dosis pertama pada 26 Oktober lalu.
Warga Desa Gattareng, Kecamatan Salomekko itu katanya juga sudah menerima vaksinasi dosis kedua pada 23 November 2021 di Puskesmas Patimpeng Bone.
Menurutnya, setelah melalui skrining tidak dijumpai adanya kontra indikasi.
Kemudian pada 9 Desember atau sekira 16 hari seusai vaksinasi, pasien berkunjung ke Poliklinik Puskesmas Salomekko dengan keluhan bengkak dan nyeri pada punggung belakang kanan.
Baca juga: Kok Bisa? Pemda Jeneponto Masih Pesimis Capai Target Vaksinasi Nasional, Padahal Sudah Dibantu BIN
Di sana lanjut Martira almarhumah mendapat pengobatan dan kontrol pada 13 Desembe atau sekira 20 hari setelah vaksinasi dengan keluhan sama.
Dokter Puskesmas Salomekko melanjutkan pemberian terapi obat Ibuprofen, Dexametasone, dan vitamin C
“Anak mulai sesak namun ringan. Pada 21 Desember sore hari pemeriksaan dokter Puskesmas mendapat kondisi anak tampak sesak dengan saturasi 55 persen tanpa oksigen,” katanya.
Karena itu, dokter menduga anak perempuan tersebut mengalami efusi pleura, karena riwayat anak pernah mengalami diare saat usia 1 bulan.
Setelah itu orangtuanya kata Martira memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak lebih lambat dibanding anak seusianya.
“Anak baru bisa berjalan tanpa bantuan saat usia 3 tahun dan hingga saat ini anak tampak lebih kecil dan lebih pendek dari anak seusianya,” katanya.
Baca juga: Ivan Gunawan Punya Spirit Doll, M Fuad Nasar Sebut Percaya Boneka Arwah itu Mengarah ke Syirik
Hasil Investigasi
Investigasi dilakukan oleh KIPI Sulsel, Komite Nasional PP KIPI, BPOM, dan Kementerian Kesehatan
Kronologi
23 Desember 2021
Seleng disuntik vaksinasi dosis pertama
24 Desember 2021
*Sekira pukul 18.00 Wita, Seleng mengalami gejala pusing, muntah, mimisan, dan kesadaran menurun.
*Seleng mendapat pertolongan dan dianjurkan rujuk ke rumah sakit, tapi keluarga menolak.
26 Desember 2021
Sekira pukul 07.00 Wita, bidan melaporkan Seleng sudah meninggal.
Penyakit
*Seleng sudah empat kali rawat inap di rumah sakit dalam setahun karena sakit
*Dari pemeriksaan tekanan darah, besar kemungkinan pasien tidak rutin minum obat dan tidak rutin kontrol ke dokter
*Terakhir rawat inap dengan gejala pucat (Hb 4 gr/dl) dan nyeri lambung serta buang air besar warna hitam.
Kesimpulan
* Almarhum Tuan S memiliki tekanan darah tinggi diduga disertai komplikasi dengan pendarahan hidung dan darah merembes dari mulut saat kejadian di rumah.
* Almarhumah pelajar AW diduga mengalami penyakit jantung bawaan lahir.
* Almarhum dan almarhumah sudah mendapat penanganan di rumah/puskesmas dan disarankan dirujuk ke rumah sakit untuk tatalaksana lebih optimal, namun keluarga menolak.
* Kematian Tuan S dan pelajar AW adalah koinsiden, tidak terkait vaksinasi (inkonsisten).(*)